Lompat ke isi

Kaca:Puisi Sawer Bahasa Sunda.djvu/118

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

C. Isi
(1) Tema dan Amanat

Tema memberi nasihat seperti yang telah ditunjukkan oleh teks-teks sawer sebelumnya, tidak ditemukan dalam sawer ini. Teks ini, dengan padalisan yang agak samar maknanya, memberikan pengukuhan atas tradisi khitanan sebagaimana diperintahkan agama.

(2) Susunan

Perbuatan yang mengawali teks ini terdiri atas 2 pada, yaitu pada ke-1 dan ke-2. Isinya merupakan permintaan maaf serta permohonan perkenan atas kehendak dilangsungkannya sawer ini. Inti sawer terdapat pada bait ke-3 sampai dengan bait ke-12, sedangkan bagian penutup adalah kedua bait yang terakhir (bait ke-13 dan 14). Isi bagian penutup berupa pangjiad 'doa' agar dengan dilangsungkannya upacara mandi (sebelum dikhitan) hilangnya atau terbuangnya kotoran, dan hanyutlah segala yang haram dan batal, sehingga hanya kesucian yang tertinggal.

D. Bahasa

Corak bahasa yang digunakan dalam sawer ini terlihat jauh lebih berbeda dengan (gaya bahasa yang digunakan dalam sawer-sawer lainnya). Di samping faktor kesendirian pengarang atau penggubahnya, terdapat faktor lain yang memberi corak pemakaian bahasa seperti itu, yaitu (1) pemakaian bentuk (pupuh) dan (2) corak komunikasinya. Bentuk pupuh Kinanti yang terdirj atas 6 padalisan memberikan wadah yang lebih luas untuk mengekspresikan gagasan, bila dibandingkan dengan bentuk syair. Adanya permainan guru lagu, juga memberi peluang yang lebih leluasa untuk melakukan pilihan kata, bila dibandingkan dengan persajakan syair. Corak komunikasi karangan yang bersifat "menguraikan" atau "menerangkan" dalam sawer ini, membedakan corak bahasa, bila dibandingkan dengan sawer-sawer lain yang bersitat "dialog". Karena itu, pilihan kata dan gaya bahasa keseharian tidak terasa dalam teks sawer ini.

E. Penilaian

Baik bentuk, isi maupun bahasanya, teks sawer ini berlainan coraknya bila djbandingkan dengan sawer-sawer lainnya. Bentuk syair sebagai puisi utama dalam setiap sawer ini. Suasana ruatan diduga dipercayakan pada lagunya: Kidung. Lagu tersebut biasa digunakan untuk menyanyikan lagu-lagu yang bersifat pemujaan dan pujian kepada leluhur. Corak bahasa yang digunakan dalam sawer ini diduga akan mengakibatkan kurang "komunikatif" dengan para hadirin yang biasa berkumpul menyaksikan berlangsungnya

107