Tuhan, dewa, nabi, hadirin, leluhur untuk melaksanakan sawer, sedangkan bagian penutup selalu merupakan doa bagi yang diselamatkan, keluarga, dan hadirin agar mendapat keselamatan dan rakhmat Tuhan.
Bahasa yang dipakai pada umumnya bahasa yang lugas. Bahasa yang magis dan simbolis seperti dalam puisi sawer papantunan tradisional jarang dipergunakan lagi. Dalam hal ini dua macam perubahan terjadi. Pertama, yang cenderung lebih banyak kelemahan jika dibandingkan dengan yang tradisional karena menggunakan kata-kata bukan bahasa Sunda, bukan susunan kalimat bahasa Sunda, dan penempatan yang tidak tepat serta dipaksakan. Kedua, yang mengalami perubahan dan perkembangan ke arah yang lebih baik bila ditinjau dari penggunaan, penempatan. serta penyusunan kata dalam kalimatnya.
* * *
xvii