Lompat ke isi

Kaca:Puisi Sawer Bahasa Sunda.djvu/130

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

B. Bentuk

Ketujuh bait sawer ini disajikan dalam dua macam bentuk puisi, yaitu (1) pupuh, sebanyak 2 pada (bait), dan (2) syair, sebanyak 5 bait. Satu pada pupuh asmaraandana digunakan pada bagian paling awal, sebagai pembukaan, sedang pupuh Kinanti digunakan sebagai penutup dalam lagu Kidung.

Pada teks yang berbentuk syair, terdapat 3 bait yang menyimpang dari kaidah persajakan akhir, yaitu bait ke-2, 4 dan ke-5. Telaah atas penyimpangan itu, sampai pada kesimpulan bahwa hal itu tampaknya disebabkan oleh pengutamaan persajakan baris dan pilihan kata, sehingga persajakan akhir baris boleh dikatakan telah dilanggar secara disadari.

C. Isi
(1) Tema dan Amanat

Dengan mengecualikan bait-bait yang berisi ekspresi kasih sayang orang tua kepada anaknya yang baru dikhitan, dapatlah ditemukan bahwa isi teks bertemakan (1) doa, dan (2) nasihat. Untuk anak yang baru dikhitan itu, dipanjatkan doa ayah bunda agar ia dalam hidupnya bertemu dengan kebahagiaan, mendapat rahmat, berkah dan perlindungan dari Alloh Yang Maha Kuasa, serta menjadi orang yang saleh, takwa, dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Bait yang berisi nasihat menyebutkan 2 hal, yaitu agar taat kepada orang tua dan berusaha menjadi orang yang pintar.

(2) Susunan

Secara garis besarnya, sawer ini terbagi atas 3 bagian, berturut-turut (1) pembukaan, (2) isi, dan (3) penutup. Bagian pembukaan berisi permohonan izin untuk melaksanakan nyawer, sedangkan bagian penutup berisikan doa.

D. Bahasa

Teks sawer ini disajikan dalam ragam bahasa lemes (halus). Pilihan kata tampaknya lebih diutamakan, baik untuk kepentingan makna maupun untuk kepentingan pemilihan bunyi-bunyi yang nyaring atau halus bila dinyatakan. Hal itu lebih jelas pada baris 2.1 "nelengnengkung-nelengnengkung" yang

119