Lompat ke isi

Kaca:Puisi Sawer Bahasa Sunda.djvu/15

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

dengan kepercayaan terhadap pengaruh leluhur pada kehidupannya. Upacara memotong rambut bayi, mengkhitan, menyelematkan orang meninggal, dan pernikahan, sebagai warisan adat budaya lama masih dilaksanakan di berbagai tempat di Jawa Barat.

Nyawer adalah salah satu adat kebiasaan pada orang Sunda, yang di antaranya termasuk ke daiam tata upacara adat pernikahan.

Menurut pendapat Sarwoto Kartodipuro yang dipetik oleh Yus Rusyana, adat kebia saan nyawer itu sebenarnya tidak hanya terdapat pada suku bangsa Sunda saja, tetapi juga pada suku-suku bangsa lain di Indonesia, di antaranya biasa dilaksanakan oleh salah satu suku bangsa di Kalimantan Barat. Upacara nyawer dalan pernikahan itu dinamakan batabur (1971 :3).

Demikian pula pada suku bangsa Minangkabau, terdapat pula upacara nyawer itu dan biasa disebut Menepung tawari.

Sawer (nyawer) Sunda merupakan bagian dari adat budaya Sunda lama yang diwariskan secara turun-temurun dan sangat erat kaitannya dengan tata kehidupan masyarakat Sunda di Jawa Barat. Hal ini sesuai dengan apa yang dirumuskan dalam The Oxford English Dictionary (1971: 631) bahwa adat itu adalah "A habitual or usual practice; common way of acting, Sage, fashion, hbit (either of an individual or of a comnurnity"

Kenyataan menunjukkan bahwa sawer yang merupakan adat kebiasaan itu merupakan upacara ritual yang erat hubungannya dengan proses inisiasi, yakni upacara pelantikan. Akan tetapi, bagaimana keadaannya pada masa sekarang, tidaklah diketahui dengan pasti. Demikian pula sejauh mana pelaksanaannya oleh anggota masyarakat pada dewasa ini, beluin diketahui.

Sawer pada umumnya mempergunakan bentuk puist stwer, yakni semacam puisi yang penyampaiarnya diakukan dengan cara ditembangkan atau dilagukan.

Puisi sawer perlu diteliti, bukan saja karena merupakan warisan budaya yang mempunyai nilai kerokhanian, tetapi juga karena puisi sawer merupakan bagian dari khasanah sastra Sunda, yang salah satunya dapat berfungsi sebagai alat pendidikan. Dipandang dari sudut bakasa, penelitian tentang puisi sawer perlu dilakukan karena akan bermanfaat dan ada relevansinya dengan pengembangan bahasa dan sastra nasional Indonesia, termasuk pengajarannya.

Penggalian dan pemeliharaan sastra dan budaya daerah itu bermanfaat bagi pendidikan. Seperti kata Dra. Astuti Hendrato (1977: VI) bahwa penggalian karya sastra daerah sebagar salah satu cabang kebudayaan daerah, itu akan memberikan kepuasan rohani serta menimbulkan kecintaan terhadap budaya sendiri dan menjadi penghanbat yang kokoh terhadap arus masuknya kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian dan kepentingan pembangunan bangsa. Keselarasan kemajuan teknologi dan pengetahuan

2