sawer yang biasa dipergunakan, tetapi diramu dengan cura yang kurang tersusun. Misalnya pada sawer yang lain bait ke-16, 18. itu biasa diletakan pada pembukaan sawer, selanjunya diteruskun pada bait 15 - 16, dan 17.
D. Bahasa
Di samping bahasa Sunda sawer mengunakan juga bahasa Arab, dan Melayu (Jakarta), Kata-kata bahasa Arab dipergunakan sebagai pembuka sawer dan kata-kata Melayu (Jakarta) digunakun untuk memenuhi kesamaan bunyi akhir. Kata-kata bahasa Sunda yang digunakan tergotong kata-kata bahasa Sunda yang apa adanya tanpa pengolahan atau pilihan kata yang dipentingkan terwujudnya bunyi akhir larik yang sama.
Kesederhanaan bahasa/kata yang digunakan diantaranya terkandung pada bait
Ujang ulah cruk-crek kawin
sabab kawin lain ulin
cruk-crek teh ngaruksak batin
kana iman beuki rudin,
Kata-kata paksaan demi kesamaan bunyi terkandung pada larik-larik berikut:
ka bojo hidep sing asih
ulah sok resep bibintih
bapa ngan ngomongan doang
da bapa teu buga uang
Karena kesamaan bunyi akhir yang diharapkan, kadang terdapat larik bahkan bait yang tidak jelas maksudnya. Misalnya:
Ngaluangkeun sakieu mah
pagawean nu di imah
mokaha lain pereumah
ngalap ganjaran walimah
Kata-kata yang dipaksakan karena harus memenuhi guru lagu, seperti: istri teh ulah pacuan, seharusnya pacuan ulah,
E. Penilaian
Sawer ini walaupun memiliki kekuatan dalam guru wilangan dan kesamaan bunyi akhir, karena tema yang tidak jelas penggunaan bahasayang kurang mendukung, maka belum tergolong sawer yang berhasil.