- Yang dimaksud jems-jenisnya ialah macamnya atau golongannya, karena jenis puisi sawer yang dipergunakan bertaiian dengan maeani upacara yang dilaksanakan.
Yang menjadi sasaran garapan penelitian adalah puisi sawer bahasa Sunda. Ini berarti pula bahwa yang menjadi sasaran khusus adalah kelompok etnis Sunda. Walaupun Jawa Barat dihuni pula oleh kelompok etnis lain, akan tetapi seeara kultural terdapat perbedaan dengan kelompok etnis Sunda itu.
1.2 Tujuan dan Hasil Penelitian
Peneiitian bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang puisi sawer bahasa Sunda melalui pengumpuian data dan analisis data.
Hasilnya berupa naskah laporan yang mendeskripsikan :
(1) latar belakang sosial budaya puisi sawer bahasa Sunda; merangkum tentang timbuinya puisi sawer, kedudukan, fungsi dan guna puisi sawer dalam masyarakat Sunda, pagelarannya, hubungan puisi sawer dengan ritus inisiasi, serta kedudukannya dalam kesusastran Sunda;
(2) keadaan penutur/penggubah dan karyanya, yakni tentang usia, pekerjaan, hasil karyanya, bentuk dan jenis karya yang dapat dikumpulkan;
(3) perkembangan puisi sawer, yang menggambarkan cara berkembang, pengaruh lingkungan, perubahan bentuk dan isi serta jenisnya;
(4) struktur puisi sawer dilihat dari bentuk dan isinya;
(5) teks puisi sawer serta terjemahannya dalam klasifikasi jenis.
(6) teks puisi tanpa terjemahan yang tidak dianalisis.
1.3 Dasar Teori
Dalam penelitian inl dipergunakan teori yang berkenaan dengan kebudayaan, yakni yang berhubungan dengan tata kelakuan manusia, kepercayaan, sikap, dan adat kebasaannya.
Menurut Koentjaraningrat (1974) kebudayaan itu mempunyai tiga aspek atau wujud, ialah : (a) kebudayaan sebagai tata kelakuan manusia. (b) kebudayaan sebagai kelakuan rnanusia itu sendiri, dan (c) kebudayaan sebagai hasil kelakuan manusia. Tata kelakuan manusia itu daiam kenyataannya di antaranya berupa pandangan, kepergayaan, dan sikap-sikap. Kelakuan manusia sendiri berupa aktivitas manusia bersama. Hasilnya berupa benda-benda, peralatan atau perlengkapan. Selanjutnya Kuntjaraningrat menjelaskan bahwa tata kelakuan manusia itu merupakan suatu jaringan yang disebut adat istiadat (1974:84). Adat istiadat itu sungguhpun sifatnya tetap, dapat juga berubah dalam satu jangka waktu tertentu,
Menurut R. Unton (daiam Koentjaraningrat, 1974) bahwa tiap unsur