- pernyataan rasa suka dan gembira dari juru sawer kepada pemangku hajat;
- pernyataan bahwa sawer itu berupa petunjuk dari leluhur;
- permohonan kepada pengantin agar mereka dapat mengambil hikmah sawer sebagai rajah pamunah perilaku salah.
Inti sawer yang merupakan nasihat atau petunjuk disampaikan melalui Kidung (11 bait), kawih Lagu Atum (3 bait), kawih Ka Abdi (2 bait), kawih Mangle (2 bait), dan CangkariLeung (4 bait). Bagian inti ini mengandung beberapa pokok persoalan di antaranya:
- perkawinan itu sebagai keharusan dalam agama
- perbuatan jinah dan "bermain cinta" termasuk perbuatan maksiat yang harus dijauhi
- hubungan manusia dengan Tuhannya
- perkawinan (berumah tangga) itu suatu perbuatan terhormat yang harus diisi dengan kegiatan terhormat pula
- hubungan suami istri
- pemeliharaan diri bagi sang istri
- kerumahtanggaan dan ekonomi.
Penutup sawer disajikan dengan dua bait kawih lagu Kemajuan. Bagian ini diisi dengan doa kepada Tuhan Yang Mahamulia, semoga pasangan suami istri yang baru itu sejahtera dunia akhirat.
D. Bahasa
Kata-kata yang digunakan pada umumnya kata sehari-hari yang sangat mudah dipahami. Demi terpenuhinya musikalitas bunyi akhir di sana sini ada digunakan kata-kata asing, misalnya Arab, seperti loamah, mutmainah, agar bersajak akhir dengan kata-kata manah, petuah, sepah, pamunah, salah, dan imah-imah.
Selain itu dipergunakan pula kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia untuk memperkuat sawer dalam segi humor (hiburan), misalnya,
Lamun bojo katembongna geus teu geulis
Dipandangnya sudah tak begitu manis
Kudu ngeunceuing bari heug kerungkeun halis
Tuluy nyengir horeng geus siga kiciwis.
Humor lain tampak dalam penggunaan kata-kata secara bebas, misalnya kata-kata atau ungkapan yang terdapat pada larik-larik:
Anyaran mah sarareungit
lila-lila bau hangit
Rabig jadi enggon reungit