- jagung yang kering diasap
- selamat dalang junjunganku
Untuk mengetahui isi/maksud 5.1 dipergunakan medium (kata perantara) sumping, yang bersajak dengan emping, yakni isi dari 5.1 itu.
Demikian pulalah wawangsalan dalam empat larik selanjutnya, sama keadaannya.
Gubahan puisi sawer ini kaidah pupuhnya terpenuhi, baik dalam guru wilangan maupun guru lagu, pedotan ada yang tidak memenuhi kaidah dasar, misalnya pada 3.4, 4.4, 5.2, 5.4. Tetapi pada umumnya tidaklah banyak penyimpangan. Kekurangan dalam menentukan pedotan tidaklah mengurangi keutuhan bentuk dan lsi.
C. ISI
(1) Tema dan Amanat
Sawer ini berisikan harapan dan doa kepada Tuhan dan leluhur dan dewata agar kedua pengantin selamat.
Amanatnya tertera dalam bait ke empat, yakni nasihat agar kedua pengantin hidup rukun seia sekata.
(2) Susunan
Pembukaan sawer disajikan melalui dua bait pupuh, berisi permohonan izin kepada hadirin untuk melakukan nyawer dan permohonan maaf kepada Sang Rumuhun, Mahadewa dan roh halus.
Bagian inti sawer dikemukakan melalui pupuh Kinanti (bait 3 dan 4), berisi permohonan dan harapan kepada Yang Maha Suci agar pengantin selalu dalam keadaan selamat, panjang umur, tak tereela dan hidup rukun.
Bagian penutup sawer yang digubah dalam wawangsalan dangding berisi ucapan selamat datang kepada pengantin yang dianggap sebagai pendatang baru dalam dunia kerumahtanggaan.
D. Bahasa
Puisi sawer ini menggunakan banyak kata-kata yang sekarang kurang dikenal lagi artinya, misalnya: muri-muri, harja basuki, cela cangcala, kencara, bencari.
Makna wawangsalan mungkin cukup sulit bagi pendengar jaman sekarang, karena banyak yang tidak mengenal lagi.
Bait kedua, yang memakai gaya papantunan, banyak mempergunakan kata-kata yang lazim dalam pengungkapan rajah, misalnya pun sapun, Sang Rumuhun, Sang Batara Sang Batari.