|
|
Kinanti Songler
Mung sakieu nya pihatur
muga-muga mugi-mugi laksana anu diseja lastari nu dipiati ya waluya, ya waluya ya jamuga mugi-mugi |
Sekianlah maksud yang disampaikan semoga tercapai cita-cita terlaksana maksud hati semoga sejahtera dan sejahtera. |
B. Bentuk
Sawer digubah dalam tiga bentuk sastra: syair (16 bait), prosa lirik (3 paragraf) dan pupuh Kinanti (1 bait). Setiap bait syair terdiri atas 4 larik; setiap larik terdiri atas 8 suku kata; bunyi akhir larik berpola (a, a, a, a).
Prosa lirik terdiri atas 3 bait atau tiga paragraf. Pada pupuh kinanti, kaidah pupuh: guru lagu, guru wilangan, dan pedotan terpenuhi dengan sempurna.
C. Isi
(1) Tema dan Amanat
Tema hubungan suami istri, hubungan antar keluarga. Amanat, nasihat tersirat bahwa demi kebahagiaan suami istri itu harus berhati-hati dalam berkata dan bertindak, seia sekata, penuh pertimbangan, tidak senang akan hasutan atau pengaduan, tidak mudah cemburu, dan saling menyadari adanya kekurangan dari kedua belah pihak.
(2) Susunan
a) Pembukaan sawer (bait 1 sampai dengan 4) berisi permohonan izin kepada hadirin dan penjelasan mengapa sawer itu dilakukan. Sawer merupakan adat kebiasaan yang tidak boleh ditinggalkan. Pembukaan diikuti dengan ancang-ancang (bait 5 sampai dengan 10) yang berisi pernyataan bahwa sawer itu merupakan ciri adanya rasa kasih sayang dari orang tua kepada anaknya yang harus membina keluarga baru; keluarga berbahagia.
b) Inti sawer (bait ke-11 sampai dengan ke-16 dan tiga alinea prosa) berisi nasihat mengenai hubungan suami istri dan hubungan antar keluarga. Demi kebahagiaan itu suami-istri hendaknya berhati-hati dalam berkata dan bertindak, seia sekata, penuh pertimbangan, tidak menyenangi asutan atau pengaduan dari tetangga, dan tidak mudah cemburu.