Lompat ke isi

Kaca:Puisi Sawer Bahasa Sunda.djvu/244

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

lumintu ti karuhun
sadayana digentos nami
disebat biantara
namung gentos tembang
katebak ku pajamanan
digentosan ku dangding gending
hariring, ngiring ka kalimbrahan

adat kebiasaan dari leluhur
semuanya berganti nama
disebut biantara
tetapi diganti dengan tembang
karena pengaruh zaman
diganti dengan gending
senandung danding
menyesuaikan diri dengan
kebiasaan.

5. Aom Ujang Sumarga keur alit
ditambihan jenengan ramana
ngalap barkah ongkoh amprok
sareng maksud pangagung
rempag ragem sadaya wargi
surup kana wandana
satria linuhung
wiwitan Rahden Sumarga
ditambihan Kusuma Dilaga nami
muga sami nyaksian.
5. Waktu kecil bernama
Aom Ujang Sumarga, ditambah
dengan nama ayahnya
agar mendapat berkah
lain dari pada itu
sesuai dengan kehendak penguasa
semua keluarga seia sekata
sesuai dengan penampilannya
satria yang tinggi (ilmunya)
semula (bernama) Rahden
Sumarga, ditambah dengan
nama Kusuma Dilaga, agar
semua ikut menyaksikan.


B. Bentuk

 Pengarang menyusun puisi sawer dalam bentuk pupuh sebanyak lima bait. Kaidah pupuh Dangdanggula terpenuhi dalam segi jumlah larik, guru lagu, guru wilangan larik dan pedotannya. Akan tetapi demi kepentingan guru wilangan dan guru lagu itu beberapa kalimat tidak utuh dan dipaksakan, yang sebenarnya tidak memenuhi kaidah penyusunan pupuh. Contohnya terdapat pada :

1: 6.7 taun sewu salapan
       ratus slapan likur
5: 3.4 ngalap barkah ongkoh amprok
       sareng maksud pangagung

C. Isi

(1) Tema dan Amanat

 Dua hal yang menonjol dalam teks sawer ini, ialah 1) permohonan maaf, ucapan terimakasih, dan permohonan untuk mendoakan yang diselamatkan kepada hadirin, 2) perlunya anak berganti nama, sesuai dengan adat kebiasaan yang turun-temurun.

235