Bul kukus mendung ka manggung,
ka manggung neda papayung,
ka poahaci neda suei,
pun sapun ka Sang Rumuhun,
ka luhur ka Sunan Ambu,
ka handap ka Sunan Rama,
ka Batara Naga Raja,
kula amit ngidung heula,
ngidung ngahudang carita,
nyilokakeun nyukcruk laku,
iaku nu mundut rahayu,
ngalap lampah nu baheula,
lulurung tujuh ngabandung.
ka dalapan keut disorang,
bisina nerus narutus,
balangah salah naratas,
beas nu diawur-awur,
tumbal panghurip sajati,
ti pohaci Sang Hyang Sri,
ti dangdayang Tresnawati.
|
Dupa mengalun ke udara.
untuk memohon Iindungan dan kerelaan dewata,
memohon kepada pohaci,
agar menjadi sucilah diri
memohon maaf kepada dewata,
kepada Sunan Ambu yang ada di atas,
kepada Sunan Rama yang ada di bawah,
pada Batara Naga Raja,
aku berpamit uniuk berkidung,
berkidung membuka madah,
menelusur laku dan menyiratkannya dengan seloka,
laku yang mendamba keselamatan.
meniru tindak laku moyang.
berdampingan lorong nan tujuh,
ke delapan sedang ditempuh,
agar tidak terlanjur meretas jalar,
salah meretas karena lengah,
beras nan ditaburkan,
jadi kurban hidup abadi,
dari pohaci Sang Hyang Sri.
dari dangdayang Trenawati.
|
Ternyata dari teks ini bahwa pelaksana menyeru dewa, pohaci, karuhun 'leluhur' Sunan Ambu, Sunan Rama, Batara Naga Raja, dangdayang Tresnawati.
Semua itu untuk meminta perlindungan, permohonan maaf, minta maaf untuk berkidung, atau bila salah melakukan sesuatu karena kelengahan.
Mengapa penutur menyeru tokoh-iokoh tersebut?
Hal ini bisa dikembaiikan pada asai mula kepercayaan manusia dan asal mula religi.
Beberapa orang akhli antropologi dalam teorinya tentang asai mula religi mengemukakan beberapa pendapat.
(1) Tylor mengemukakan bahwa asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa (soul). Jiwa ini tetap hidup, dan dapat berbuat sesukanya walaupun jasmaninya telah rusak.
Alam semesta penuh dengan jiwa-jiwa merdeka itu, yang tidak disebut soul lagi tapi spirit, atau mahluk halus. Dengan demikian pikiran manusia telah mentransformasikan kesadarannya akan adanya jiwa menjadi kepercayaan kepada mahluk-mahluk halus.
14