Lompat ke isi

Kaca:Puisi Sawer Bahasa Sunda.djvu/31

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

Pada selamalan menujuh bulan, yang umumnya dianggap terpenting dari upacara selamatan kandungan, sawer yang dituturkan tidak hanya berupa mantra, tapi berupa puisi sawer yang panjang dan lengkap, seperti halnya pada upacara khitanan atau pernikahan; contohnya puisi sawer Stl.

Upacara menujuh bulan ini biasanya disebut tingkeban, tebus weteng, atau babarik. Tingkeban berarti 'tutup'; maksudnya sebagai kias bahwa sang suami tidak boleh berhubungan lagi dengan isterinya. Tebus weteng artinya bersedekah, menyelamatkan weteng 'kandungan', karena bayi dalum kandungan sudah berupa manusia. Babarik; barik 'bersama-sama', maksudnya menyelamatkan yang mengandung dan yang dikandung.

Alat dan sesajen untuk upacara tingkeban sangat lengkap: Umumnya dalam jumlah serba tujuh, misalnya : macam-macam umbi-umbian, kacangan, bunga rampai mayang pinang daun andung, kluwih, labu besar, daun pial ayam, panglay 'bengle' dan jaringao, kelapa gading yang diberi lukisan Arjuna atau Subadra, jarum, elekan 'ruas bambu', tapisan, air dalam gendi, jambangan air, rujak kanistren, yakni rujak tumbuk terdiri atas bermacam-macam umbi dan buah-buahan ; bubur merah putih, belut, dan kain yang masih baru tujuh lembar.

Pagelaran sawer tingkeb dilakukan setelah undangan berkumpul, Tetua membaca doa. air dalam gendi diberi doa nurbuat lalu dicampurkan ke dalam air di jambangan/tempayan yang sudah diberi bungarampai untuk mandi calon ibu.

Sawer tingkeban dituturkan; biasanya oleh dukun bayi, lalu caion ibu dimandikan dengan upacara. Setelah dimandikan calon-ibu berganti pakaian, lalu menghadapi rujak kanistren, yang dijual kepada pengunjung dengan alat pembayaran berupa potongan genting.

Demikianlah cara selamatan kandungan seperti dituturkan oleh beberapa informan, di antaranya Sukandi dari Purwakarta. Penjekasan itu sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh A. Prawirasuganda dalam tulisannya tentang adat di Pasundan (1964:12-18).

(3) Sawer selamatan bayi

Upacara selamatan bayi berlanjut sejak bayi dalam kandungan sampai sesudah dilahirkan. Pada orang Sunda, selamatan bayi itu ada selamatan puput puseur 'lepas tali pusat' nurunkeun orok 'turun tanah', pemberian nama, dan cukuran mencukur rambut.

Menurut A. Prawirasuganda (1964:46) keempat macam upacara itu ada yang dilaksanakan satukaligus setelah bayi berusia 40 hari, ada yang terpisah. Pada orang yang beragama Kristen ada saat bayi dibaptis yang biasanya di-

18