laksanakan di gereja. Bayi dimanterai diciprati air suci, dan diberi nama.
Menurut Konetjaraningrat (1976:44-45) pada suku bangsa Sham di Birma, juga ada selarnatan bayi setelah bayi berusia satu bulan. Bayi dimandikan dengan air dalam jambangan yang diberi potongan emas. Bayi diberi nama panggilan, yang pada anak laki-laki terus dipakai sampąi mendapat nama besar.
Pada orang Batak Gayo ada upacara turun mandi bayi dan pemberian nama. Bayi dibawa ke tepian, kelapa dipecahkan di atas bayi sehingga airnya perlahan-lahan mehbasahinya. Selesai dimandikan diarak pulang, dimanterakan oleh dukun; sambil membaca doa sekali gus mengucapkan nama bayi, dan itu tidak diubah lagi (TV : 20 Februari 1983).
Pada suku bangsa Jawa terdapat mudun lemah 'turun tanah'. Acara tedak sinten di keraton Jogyakarta misalnya, merupakan rangkaian upacara yang lengkap dan sangat beragam serta khidmat.
(a) Sawer pada upacara turun tanah
Pada orang Sunda, upacara turun tanah itu ada yang dilaksanakan setelah lepas tali pusat, setelah empatpuluh hari, atau setelah anak mulai bisa berdiri.
Menurut A. Prawirasuganda (1964 : 46-47) upacara turun tanah ini ada yang mermakai keramaian besar-besaran. Malam harinya bayi dijaga oleh orang tua-tua. Pagi-pagi dimandikan dan didindani, lalu digendong oleh dukun bayi sambil menjinjing kajut kundang, yakni kantung dari kain yang berisi berbagai rempah kelengkapan obat bayi : membawa pisau dan lenpuyang, lalu turun ke halanan sambil dipayungi, lalu mengelilingi rumah, halaman, dan kebon alas, yakni bangunan terbuka di tengah halanan yang digantungi dengan berbagai umbi-umbian, buah-buahan dan makanan. Dukun bayi kemudian berjongkok di tanah, membuat silang di tanah, dicungkilnya tanah sedikit, lalu dimasukkannya ke dalaun kanjut kundang. Bayi diinjakkan ke tanah.
Menurut beberapa orang informan, pada turun tanah itu ada bayi yang diinjakkan ke atas dodol; ada pula yang dibiarkan merangkak, supaya dapat memegangi kelengkapan kebon alas. Apa yang dipegangnya dianggap sebagai simbol kehidupannya kelak.
Upacara nyawer dilaksanakan di cucuran atap, sebelum bayi dibawa masuk ke rumah. Bayi digendong dan dipayungi. Beras, kunyit, bunga, dan uang receh, ditabukan di atas bayi menyeling tuturan sawer. Tuturan itu ada yang berupa prosa biasa, prosa lirik, syair, atau pupuh. Sawer itu biasanya dilaksanakan oleh dukun bayi. Bila dukun bayi yang menggendong anak, sawer dituturkan oleh orang lain yang menguasainya.