Lompat ke isi

Kaca:Puisi Sawer Bahasa Sunda.djvu/33

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

Selain disawer, bayi juga biasa disembur dengan lempuyang yang dikunyah, dan dimanterakan; demikian pula ibu bayi dan lingkungan sekelilingnya.

(6) Sawer pada upacara mencukur rambut

Para informan umumnya memberikan penjelasan yang sama, bahwa upacara mencukur rambut bayi biasa diadakan setelah bayi berumur 40 hari. Pada orang kaya, upacara mencukur rambut tidak cukup hanya bersedekah bubur merah putih saja, tetapi dilengkapi dengan keramaian, seperti pertunjukan wayang, menari tayub, atau membaca wawacan dengan hikayat. Nabi Paras. (c.f. A. Prawirasuganda, 1965 : 47).

Seperti upacara religi lainnya, pada selamatan mencukur rambut disediakan sesajen dan kelengkapan, seperti : gunting yang diikat dengan benang kantih, lalu dimasukkan ke dalam bejana berisi air yang telah diberi bunga rampai tujuh macam, pial ayam, uang ringgit, dan perhiasan. Kelapa muda dan lilin menyala diletakkan dekat bejana.

Bayi yang telah dimandikan dan didandani digendong oleh dukun bayi, lalu dibawa berkeliling pada hadirin, diringi oleh yang membawa bejana, kelapa muda yang telah dipepes dan lilin. Rambut bayi digunting bergantian sedikit-sedikit, lalu dimasukkan ke dalam air kelapa muda. Tenggelamnya rambut bayi ke dalam air biasa dipakai sebagai "pertanda" bobot kehidupannya kelak, demikian menurut keterangan Tb. Afendi, informan dari Serang.

Rambut bayi itu kemudian disimpan dalam kanjut kundang.

Pada waktu mencukur disertai dengan marhabaan, yakni membaca kitab barzanji, kisah kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. Setelah marhabaan dilaksanakan upacara nyawer, yang cara-caranya, dan puisi sawer yang digunakannya umumnya sama dengan upacara turun tanah.

Pada beberapa tempat di Jawa Barat, pelaksanaan sawer dan selamatan mencukur rambut itu dalam beberapa hal agak berlainan. Misalnya di Serang. Menurut Tb. A. Afendi, Kasi Kebudayaan Serang, pengguntingan rambut dilakukan oleh hadirin yang ganjil jumlahnya. Bayi yang telah didandani diberi pupuh 'perhiasan emas' di keningnya, lalu dibaringkan di atas nampan yang bertilam kain tujuh lạapis dan selendang. Di bawah kain diletakkan beras dan uang. Kelapa yang telah dipepas diberi bendera uang kertas. Bayi dikelilingkan tiga kali, baru marhabaan. Setelah pengguntingan rambut, kiai memberikan nama sambil mendoa, salawat kepada Nabi, wali dan orang tua. Upacara sawer sama pelaksanaanya, yakni sesudah marhabaan.

20