Lompat ke isi

Kaca:Puisi Sawer Bahasa Sunda.djvu/338

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

Sebelum perang (sebelum tahun 1945), 89% dari puisi sawer dibawakan tanpa musik pengiring. Sawer pada upacara pelantikan corak baru diiringi musik, terutama musik gamelan. Penggubah dan juru sawer pada tingkat permulaan dianggap sebagai ahli magi, kemudian sebagai pendidik yang menyampaikan nasihat-nasihat, berwibawa, dan berpengetahuan cukup tentang agama dan moral, dan akhirnya dianggap juga sebagai penghibur yang menampilkan seni tembang.

Puisi sawer yang ada di Jawa Barat dilihat dari bentuknya termasuk puisi terikat, puisi semi terikat, puisi bebas, dan prosa. Ke dalam puisi terikat termasuk bentuk syair (58,8%); jumlah yang terbanyak dilihat dari baitnya, pupuh (26,4%), dan sisindiran (0,3%). Ke dalam puisi semi terikat termasuk bentuk papantunan (2,1%), kawih (3,7%), dan dua, tiga, empat, lima, enam seuntai (6,3%). Puisi bebas berbentuk sajak bebas (2,2%). Selain prosa biasa (0,1%) terdapat bentuk prosa lirik (0,1%).

Menurut jenisnya dapat dibedakan atas puisi sawer netes Sapar, puisi sawer tingkeban/kandungan, puisi sawer bayi, puisi sawer khitan/gusar, puisi sawer pengantin, puisi sawer ruatan, puisi sawer mayat, dan sawer batin. Yang masih banyak ditemukan ialah puisi sawer pengantin (68,8%) dan puisi sawer khitan (17,5%). Puisi sawer tingkeban, puisi sawer bayi, sawer mayat, dan sawer batin sama sekali tidak didapat dalam pupuh. Dua puisi sawer terakhir umumnya tak dikenal lagi.

Isi teks puisi sawer umumnya mengandung nasihat. Pada sawer tradisional bentukan lama, yang biasanya dalam bentuk papantunan dan syair, terdapat pola-pola baku pemerian, sedangkan pada teks bentukan baru pola tradisional telah ditinggalkan. Pada puisi sawer tradisional selalu diperikan tentang perkembangan bayi dalam kandungan sampai saatnya lahir. Nasihat sering tidak ditujukan langsung kepada yang diselamatkan, tetapi berupa doa sebagai ruatan.

Nasihat terutama mengamanatkan agar manusia (bayi, anak, ibu, pengantin, pegawai, pemimpin, dsb.) berperilaku baik dalam hubungan kekeluargaan, suami istri, hubungan sosial, teguh pendirian, dan takwa kepada Tuhan.

Puisi sawer umumnya tersusun menjadi tiga bagian, ialah pembukaan, inti, dan penutup. Pembukaan umumnya berisi permohonan maaf kepada Tuhan, dewa, Nabi, wali, leluhur, hadirin, untuk melaksanakan sawer, sedangkan bagian penutup berupa doa bagi yang diselamatkan, keluarga, dan hadirin agar mendapat keselamatan dan rahmat Tuhan.

Bahasa yang dipergunakan umumnya bahasa yang lugas. Bahasa yang magis simbolis seperti dalam puisi sawer bentuk papantunan tradisional sudah

329