Jarang dipakai. Tingkat bahasa yang dipakai ialah halus dan sedang. Bahasa yang dipergunakan pada teks syair sebagian besar (96,2%) kurang tersusun dengan baik, karena terikat oleh kaidah syair yang kaku. Pada teks yang mempergunakan bentuk pupuh bahasa lebih lancar, dan banyak teks yang sudah mempergunakan kata pilihan, memanfaatkan persajakan untuk menyempurnakan gubahan. Beberapa teks dalam semua bentuk mengandung kelemahan bila ditinjau dari segi penggunaan kata, penempatan kata, penyusunan kalimat, dan pemakaian kata yang bukan bahasa Sunda, tetapi bahasa Jawa, Indonesia, dan bahasa asing.
Di dalam perkembangannya puisi sawer bahasa Sunda mendapat pengaruh lingkungan, yakni dipengaruhi oleh pandangan hidup anggota masyarakat sekelilingnya, dan juga pandangan hidup penggubah dan penuturnya sendiri. Pengaruh itu menyebabkan perubahan dalam kesempatan mengadakan selamatan, kekerapan menggunakan puisi sawer, penyusunan teks, pelaksanaan (cara) nyawer, kelengkapan yang digunakan, peranan juru sawer.
Selamatan kandungan, selamatan bayi, selamatan ruatan, selamatan yang berhubungan dengan pertanian sudah jarang dilakukan. Selamatan mayat dengan upacara nyawer hampir tak dikenal lagi, kecuali talkin kubur.
Kekerapan pemakaian puisi sawer sesuai dengan kesempatan yang diadakan itu. Dengan kata lain hanya puisi sawer yang upacaranya sering diadakan saja yang kerap kali dipakai, ialah puisi sawer khitan dan sawer pengantin.
Penyusunan teks sawer mengalami perubahan dan perkembangan dalam bentuk dan isi. Bentuk papantunan tradisional kurang dipergunakan. Penggunaan bentuk pupuh bertambah, dan dipergunakan bentuk baru ialah kawih, sisindiran, sajak bebas, prosa lirik dan ikatan puisi semi terikat.
Pemerian perkembangan bayi dalam kandungan pada puisi sawer corak baru tidak dipakai lagi. Nasihat amanatnya terbatas. Jumlah bait puisi menjadi terbatas pula. Amanat yang dianggap baru ialah keharusan berbakti pada negara, yang umumnya tidak ditemukan pada puisi sawer corak lama.
Bahasa dalam puisi sawer mengandung dua macam perubahan, ialah pertama yang menjadi lebih banyak kelemahan dibandingkan dengan yang tradisional, karena menggunakan kata-kata bukan bahasa Sunda, dan bukan susunan kalimat bahasa Sunda; kedua yang mengalami perubahan dan perkembangan ke arah yang lebih baik, baik ditinjau dari penggunaan, penempatan, serta penyusunan kata dalam kalimatnya.
6.2 Saran
- Puisi sawer Bahasa Sunda yang mengandung nilai budaya perlu dilestarikan dan dikembangkan. Dalam pelestarian dan pengembangannya perlu.330