(4) Sawer pada upacara khitan dan gusar
Bagi orang Sunda yang beragama Islam, berkhitan itu dianggap penting, baik bagi laki-laki, maupun perempuan. Istilah yang dipakai ialah sunatan, karena pada waktu dahulu berkhitan itu dengan cara disudat/disundat 'ditorah' yang kemudian kata itu berubah menjadi sunatan (A. Prawirasuganda, 1964 : 55).
Pada orang Sunda khitan itu dilakukan oleh bengkong atau paraji sunat 'dukun khitan', tetapi kemudian dilakukan juga oleh dokter atau mantri rumah sakit.
Upacara khitan sering bersamaan dengan gusaran, yakni potong gigi. Kini gusaran itu tidak benar-benar dipotong gigi, melainkan hanya digosok saja dengan uang ringgit.
Menurut A. Prawirasuganda (1964 64) khitan yang bersifat terbuka dilakukan bagi anak laki-laki, sedang bagi anak perempuan dirahasiakan.
Helaran 'arak-arakan' biasa dilakukan sehari sebelum upacara khitan dan gusar. Pengantin khitan dan gusar ditempatkan dalam tandu atau berkuda, diiringi musik rebana dan kuda renggong. Setelah helaran dilaksanakan upacara sawer. Di sebagian tempat, nyawer itu dilakukan setelah anak dikhitan atau digusar.
(5) Sawer pada upacara pernikahan
Upacara pernikahan dianggap paling penting dalam lingkaran hidup orang Sunda, karena itu banyak yang melaksanakannya secara besar-besaran; diramaikan dengan wayang, musik, dan upacara adat.
Pada sadat Sunda lama, upacara pernikahan dilengkapi dengan upacara yang disebut ngeuyeuk seureuh 'mengatur sirih', nincak endog 'menginjak telur' dan buka pintu 'buka pintu'. Semuanya ini sebenarnya merupakan kesatuan dalam tata upacara adat perkawinan Sunda.
Pada sadat Sunda lama, seperti juga khitan dan gusar, sehari sebelum pernikahan diadakan upacara helaran, tetapi yang menikah di mesjid, helaran itu dilakukan sambil menuju ke mesjid untuk melaksanakan akad nikah. Helaran biasanya diiringi kesenian rudat atau rebana.
Upacara nyawer dilaksanakan setelah akad nikah, dan sebelum menginjak telur dan buka pintu, tetapi di kabupaten Serang, nyawer itu dilaksanakan setelah acara buka pintu.
Berlainan dengan pada selamatan bayi, penuturan sawer pada upacara pernikahan biasanya tidak dilakukan oleh dukun bayi, tetapi oleh orang tua pengantin, keluarganya, atau juru sawer khusus yang didatangkan.
Penggalian upacara adat yang dilaksanakan oleh para budayawan Sunda