Cara lain ialah, sawer itu diucapkan sendiri oleh yang akan meninggal. Jadi, semacam mantra untuk menyempurnakan dirinya waktu pergi ke alam kubur. Hidayat menyebutkan mantra semacam itu sebagai sawer kesiliwangian. Mungkin hal itu bertalian dengan kepercayaan lama orang Sunda kepada Prabu Siliwangi. Informan menjelaskan bahwa sawer semacam itu tidak menyebar; hanya dikenal oleh orang-orang yang sangat terbatas. Demikian pula pewarisannya terbatas dalam keluarga yang sangat dekat. Oleh karena itulah pula tak dapat ditemukan contoh sawer semacam itu.
3.4 Pagelaran Sawer dan Ritus Inisiasi
Ritus adalah upacara yang menggunakan ucapan-ucapan tertentu (yang bersilat magis). (lihat 1.2; 3.2).
Dalam peristiwa ritus terjadi interrelasi dan interaksi antara manusia dan benda-benda serta lingkugannya. Manusia menyampaikan kata-kata atau ucapan-ucapan. sedang benda-benda menyampaikan arti simbolik.
Upacara nyawer biasanya dilengkapi dengan benda-benda simbolik yang secara maknawi mempunyai nilai ritual. Misalnya dalam upacara khitan ; sesajen disediakan. mantra/rajah diuoapkan, juru sawer yang mempunyai arti
simbolis ditaburkan. air dipercikkan, ludah atau kunyahan bura beuweung disemburkan. Semua itu adalah pelaksanaan tindak laku magis, yakni tata kelakuan manusia hasil dari pandangan hidup dan kepercayaan, dan sebagai wujud dari kebudayaannya (c.f. Kuntjaraningrat, 1974).
Tini Kartini dkk. dalam laporan Penelitian Struktur Cerita Panttun Sunda menyebutkan (1980:20) bahwa dalam suatu upacara, anggota masyarakat menghayati, menegaskan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai tertentu melalui media kata-kata, perbuatan dan lambang-lambang benda.
Dalam hal nyawer, nilai rituslah yang dihayati. ditegaskan dan dijunjung anggota masyarakat pada taraf permulaan.
Titus inisiasi di dalam masyarakat sederhana mempunyai kedudukan dan peranan yang penting. Ritus ini ada hubungannya dengan peralihan seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat sederhana dari suatu kedudukan ke kedudukan lainnya. Menurut Philip K. (1969: 71-75) peralihan itu dapat berupa peralihan tempat tinggal, perpindahan kelompok perpindahan status sosial, misalnya dari status sebagai anak-anak menjadi remaja; remaja menjadi dewasa; kegadisan ke kedudukan sebagai istri; dari hidup ke mati.
Di dalam peralihan status itu dilaksanakan upacara ritus yang kadang-kadang dirasakan sangat berat bagi yang mengalaminya.
27