Lompat ke isi

Kaca:Puisi Sawer Bahasa Sunda.djvu/43

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

kandungan, 2) puisi sawer bayi, 3) puisi sawer khitan/busar, 4) puisi sawer ganti nama, 5) puisi sawer pengantin, dan 6) puisi sawer pelantikan.

4.2 Analisis Umum Puisi Sawer

4.2.1 Penggubah (pengarang), penutur dan karyanya

Orang-orang yang mendapat kepercayaan dalam upacara ritual pada masyarakat Sunda lama, boleh dipandang sebagai orang yang bukan sembarangan sebab sebagai perantara dalam upacara yang bertalian dengan kepercayaan itu dia harus menguasai segala tata upacara. Tahu cara-cara menyediakan dan membuat sesajen. tahu rangkaian upacaranya, tahu tentang segala yang dipantangkan. mpnetapkan saat yang baik. dan tempat yang baik untuk mengadakan upacara.

Sehubungan dengan berbagai upacara itu, pada masyarakat Sunda terdapat paraji ’dukun bayi’ puun ’kepala kampung’, bengkong ’dukun khitan’, tukang nyarang, yakni yang mampu menghambat hujan; walipuhun, dukun pada upacara menanam padi, kuncen 'penjaga kuburan'. candoli, yakni yang mengurus sesajen dan beras pada selamatan atau kenduri, dan beberapa lagi yang lainnya.

Mereka ini asalnya dianggap akhli magi, dan tindak lakunya merupakan tindak laku magis(c.f.a.Prawirasuganda, 1964; Yus Rusyana. 1971). Kepercayaan magis kemudian berkurang. dan kedudukan juru sawer, terutama jurusawer pengantin menjadi berubah. Pada upacara adat nyawer sekarang, para penggubah serta penutur umumnya tidak dianggap akhli magi lagi, tetapi sebagai penasihat atau pendidik, dan tindak lakunya sebagai pendidikan.

Kemudian lagi, karena perubahan zaman. penutur sawer itu dianggap bukan hanya sebagai penasihat, tetapi juga sebagai penghibur, atau sebagai akhli yang menggelarkan seni, karena puisi sawer itu ditembangkan dan dapat dinikmati keindahan sastra dan keindahan suara penembangnya.

Berbicara tentang profesionalisme kepengarangan para penggubah dan penutur sawer, dapatlah dikemukakan bahwa pada umumnya kegiatan nyawer dan menggubah/mengarang sawer itu umumnya tidak merupakan suatu profesi. Memang ada beberapa orang yang bisa dianggap sebagai pekerjaannya yang khusus, karena dia menjadi dukun bayi, bengkong, atau juruhias, misalnya saja jurusawer Muksinudin, St. Mariam. Ibu Sangkit, dan Ibu Acih, akan tetapi yang lainnya sebagian besar mempunyai pekerjaan tetap sebagai sandaran hidup.

Dari kenyataan data dapat disebutkan bahwa pekerjaan mereka itu ada yang sebagai guru/dosen, pedagang dan petani. karyawan lembaga kebudaya-

30