mau pun yang ditembangkan dengan lagu corak moderen. Seorang informan biasa mempergunakan bentuk kawih dengan lagu buhun yang disebutnya "Candeol, dan Mangkring. Lagu semacam itu sudah jarang sekali dipakai karena hampir tidak dikenal lagi.
Dalam sawer yang dapat dikumpulkan ada sejumlah 63 bait (36,7%) puisi kawih yang ditembangkan dengan berbagai macam lagu. Sukandi dari Purwakarta misalnya memberi corak baru pada karya sawernya, Spll dengan cara mengkombinasikannya dengan bentuk pupuh dan ikatan enam seuntai. Lagu yang dipakainya untuk kawih itu ialah: Cala-culu, Atum, Ka Abdi, Cangkurileung, Mangle, dan Kamajuan. Oyok Budia, Sp8, mempergunakan lagu Samoja dan Dareuda untuk sawernya, sedangkan R. Malkan Sutadiradja, Sp14 mempergunakan kawih corak lama Jemplang Bangkong, yang mempunyai warna melankolik bila ditembangkan, sehingga akan terasa sangat menyentuk hati para pendengarnya.
Beberapa gubahan puisi sawer yang terdiri atas empat larik, tidak selamanya berupa syair yang dilagukan dengan Kidung, atau berupa sisindiran, akan tetapi berupa kawih yang dilagukan dengan Panimang, contohnya terdapat pada Sk2 oleh Odang Ridwan.
Lagu lain yang tampak dipakai ialah Budak Cuerik, Ayang-ayang Gung, dan kawih papantunan seperti Rajamantri dan Papatet.
f. Puisi Semi Terikat
Dilihat dari kaidah bentuknya, puisi kawih papantunan dan kawih moderen sebenarnya bisa disebutkan sebagai puisi semi terikat. Tetapi yang dimaksud di sini ialah bentuk ikatan dua seuntai, tiga seuntai, empat seuntai, lima seuntai, dan enam seuntai, yang tidak dapat digolongkan pada bentuk-bentuk yang telah disebutkan itu, baik karena ikatan bentuknya, mau pun karena pengucapannya yang berbeda, misalnya berbeda dalam tone 'nada'.
Ikatan empat seuntai bisa dibedakan dari bentuk sisindiran atau syair, dan bentuk ikatan enam seuntai dari pupuh Kinanti, bila ditinjau dari susunan kalimat, wirahma, banyaknya suku kata, atau persajakannya.
Ikatan dua seuntai mungkin mirip dengan sajak distichon, tetapi juga berbeda dalam nada. Ikatan ini umumnya hanya sebagai penyela dari ikatan lainnya, atau ssebagai coda 'penutup' sawer. Contoh penyela:
Ref: Sing pageuh dina pangjeujeuh sing maneuh dina kadeudeuh (Sp 17)
Contoh penutup :