Lompat ke isi

Kaca:Puisi Sawer Bahasa Sunda.djvu/49

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi
  1. Abdi neneda ka Gusti
    Papah Mamah tansah mukti

  2. Mukti lahir mukti batin
    Amin, ya Robbalalamin (Sp 18)

g) Bentuk Sajak

Pada puisi sawer corak baru digunakan bentuk sajak, ialah sajak bebas. Sajak itu ada yang hanya diselipkan saja di antara bentuk iain pada teks, atau keseluruhan teks mempergunakan sajak bebas, Puisi sawer gubahan Idit Supardi Madiana dari Subang (Spll) seluruh teksnya mempergunakan sajak bebas, sedang puisi sawer Enip Sukanda dari Bandung, mempergunakan bentuk gabungan dengan papantunan dan kawih moderen.

h) Bentuk prosa lirik

Dalam puisi sawer yang dapat dikumpuikan terdapat tiga buah teks yang digubah dalam prosa lirik. Sebagai contohnya disertakan sebuah dalam teks, yakni no. 32 karya Atjeng Subana, Kepala Kandep P & K, Pagerageung, Tasikmalaya,

Dilihat dari susunan kalimatnya, sebuah prosa lirik menampakkan kalimat yang berbahasa puitis serta irama yang terpelihara seperti puisi, akan tetapi dilihat dari bentuknya, tidak terikat oleh bait-bait tertentu.

i) Bentuk Prosa

Upacara nyawer ada yang dilaksanakan seperti biantara ’pidato’, iaiah dengan tuturan bahasa biasa, tidak berupa puisi atau prosa lirik, walau pun di dalamnya terdapat gaya bahasa. Dengan kata lain, bahasanya sangat lugas. Teks semacam itu didapat dari daerah Tasikmalaya, namun karena panjangnya tidak disertakan dalam teks. Sebagai contoh, dipetik dari sampel no Sp 13, karya Candrahayat, yang mempergunakan bentuk prosa itu, yang diselipkan di antara bentuk pupuh dan syair.

 1. Ujang! Bojo teh ulah dianggap widadari
anu sampurna teu aya celaeunana
boh rupana boh adatna
tapi kudu ditungtun ku Ujang, bojo teh
sing saperti widadari.

Walaupun petikan sawer ini tampaknya seperti mempunyai bait, akan tetapi ternyata tidak bernada puisi. Bahasanya yang lugas itu, serta kalimatnya yang bebas tidak terikat oleh irama yang tegun, juga menunjukkan bahwa bukan sebuah prosa lirik.

36