Lompat ke isi

Kaca:Puisi Sawer Bahasa Sunda.djvu/94

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

D. Bahasa

Bait pembukaan dan ungkapan penutup disajikan dalam ragam halus (baca lemes). Bait-bait lainnya mempergunakan ragam halus bercampur dengan ragam sedang (baca sedeng), atau sebaliknya. Pemakaian kedua ragam bahasa itu, dalam hal terjadi kekeliruan, dapat dipahami bahwa disebabkan oleh 2 hal: (1) karena salah pakai; atau (2) karena paksaan kaidah syair. Sebagai misal, dicontohkan baris 28.4 "sing daek milari luang". Pemakaian kata milari dalam baris itu amat jelas disebabkan oleh peristiwa salah pakai, karena semestinya digunakan kata neangan (ragam sedang; baca sedeng) yang bersinonim dengan kata itu. Dengan dipakainya kata itu, maka bersihlah bait ke-28 sebagai bait yang mempergunakan ragam sedang. Di samping itu, persajakan baris itu pun akan menjadi lebih baik.

Pemakaian akhiran -na pada bait ke-33 perlu ditunjukkan sebagai sebuah gejala yang disebabkan oleh "paksaan" kaidah persajakan (akhir baris) syair. Kaidah tata bahasa tentang pemakaian akhiran itu telah dilanggar oleh ketiga baris pertama bait itu sehingga maknanya menjadi kabur, baik makna tiap baris maupun makna keseluruhan.

Peminjaman ungkapan 23.1 "Subur mamur lohjinawi" dirasakan mengganggu keutuhan makna seluruh bait, karena ungkapan itu selama ini hanya digunakan untuk melambangkan kemakmuran sebuah negeri, bukan orang (sebagaimana ditunjukkan oleh ketiga baris yang terakhir dalam bait itu).

F. Penilaian

Nasihiat-nasihat dan doa yang bernapaskan keagamaan (islam) sangat menonjol dalam teks sawer ini. Sementara itu perilaku kehidupan keseharian pun tidak dilupakan, baik dalam nasihat maupun doa. Dengan demikian, maka lengkaplah jangkauan kehidupan di dunia dan di akhirat.

          Sk 3
          Syair
          Ibu Edah; P
          45 tahun
          Juru sawer
          Tasikmalaya

A. Teks dan Terjemahan

|}

81