D. Bahasa
Ragam bahasa yang digunakan dalam teks sawer ini, ialah bahasa sedeng Terselipnya beberapa kata halus (baca lemes) dalam ragam sedeng kadang-kadang dapat diketahui sebagai salah pakai semata-mata, tetapi kadang-kadang pula dipakai demi kepentingan persajakan. Kata lali 'lupa' dalam baris 3.4 "ulah lali solat lima", agak meragukan untuk dinilai sebagai semata-mata karena kesalahan undak-usuk (tingkat tutur), karena mungkin saja penggubah sengaja menggunakannya untuk menciptakan persajakan konsonan "1".
Baris itu lebih tepat untuk menunjukkan bagaimana kuatnya kaidah syair diindahkan oleh penggubah sawer ini. Solat lima dipakai untuk mengganti ungkapan yang sudah biasa solat anu lima waktu, yaitu lima kali sembahyang dalam sehari semalam. Pemakaiannya semata-mata karena tidak hendak melanggar kaidah syair.
Pemakaian kata tinggi dan bahagia (berturut-turut pada baris 2.3 dan 17.2) dapat dipandang sebagai petunjuk kelemahan sawer ini dalam hal pilihan kata.
Pemakaian akhiran -na pada baris-baris 4.2, 4.4, dan 4.4 di samping mengganggu makna, juga menyalahi kaidah tata bahasa. Akhiran itu digunakan pada ketiga baris itu adalah dengan tujuan memelihara persajakan syair.
E. Penilaian
Sawer ini mempunyai kecenderungan untuk tetap mempergunakan bahasa dalam ragam sedang, sekalipun hal itu tidak merupakan ciri yang istimewa dari teks-teks lainnya. Keistimewaan sawer ini ialah pengemukaan beberapa peringatan dengan segala akibatnya.
Sk 4
Papantunan, syair, pupuh.
D. Duleh; L
51 tahun
Angg. Staf Kebudayaan Cigasong.
Majalengka
A. Teks dan Terjemahan
- 1. Heueur... baeu baeur
- Astagfirulloh alladim,
- Astagfirulloh alladim,
- sampurasun kuma purun
- simkuring neda paralun
- 1. Heur..... baeu baeur
- astagfirulloh alladim
- astagfirulloh alladim
- maafkan kuma purun,
- Saya meminta maaf,85