Lompat ke isi

Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/25

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

16

pelindungnya, yang siap selalu akan menolongnya. ia akan dalang cukup dengan menepuk permukaan air sungai tiga kali.
 Ketika diturunkan di darat, Jayalalana melambaikan tangannya pada ketujuh menteri yang ada di seberang sungai. Ketujuh menteri heran sekali, bagaimana bisa Jayalalana sampai di seberang dengan begitu cepat. Mereka menganggap mampu pula menyeberangi sungai mengingat keberadaan mereka sebagai menteri dibandingkan dengan anak sebesar Jayalalana. Mereka melompat ke dalam air, tetapi ternyata tidak kuat melawan arus sungai yang deras dan hanyutlah mereka.
 Keberuntungan nasib masih berpihak pada ketujuh menteri yang hanyut. Mereka selamat karena tersangkut pada akar pohon. Setelah tiba di darat kembali mereka mengejar dan menyergap Jayalalana yang sedang beristirahat. Ketika diserbu Jayalalana meronta dan melarikan diri ke dalam hutan.
 Jayalalan terus berlari naik turun gunung hingga sampailah di puncak sebuah gunung. Ia heran sekali karena di sana terdapat bangunan mesjid dengan pekarangannya yang luas. Tiba-tiba datanglah seorang kakek berjanggut dan melambaikan tangannya pada Jayalatana.
 Ternyata kakek berjanggut itu adalah seorang pendeta yang kemudian diketahui adalah kakek Jayalalana dari keturunan jin. Menurut kakeknya itu semua sarana yang ada di sana disediakan khusus untuk Jayalalana. Kakeknya pun telah menyiapkan berbagai ajimat untuk Jayalalana, yaitu pedang, pakaian, belitan rukmin serta panah. Masing-masing barang itu mempunyai keistimewaan. Panah jika diluncurkan hutan lebat pun akan lenyap dan berubah menjadi jalan yang besar, begitu pula jika diarahkan pada musuh yang tidak mempan senjata, maka ia akan hancur. Kemudian khasiat ajímat rukmin jika diakibaskan pada musuh maka mereka akan lemas tidak ada tenaga. Adapun pakaian, jika dikenakan akan tidak mempan senjata.
 Setelah menyerahkan semua ajimat diatas, sang kakek menyuruh Jayalalana menyuruh ke arah timur. Disana akan didapatkan sebuah pesantren yang dipimpin oleh seorang pendeta sakti. Disanalah Jayalalana akan belajar menimba ilmu kedigjayaan.
 Dalam perjalanan menuju pesantren itu, Jayalalana bertemu dengan tujuh menteri yang masih penasaran ingin menangkapnya. Dengan sekali