Kaca:Hujan Munggaran - Genep Carita Pondok 1957.pdf/11

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus diuji baca

PENGANTAR PENYUNTING

Hujan Munggaran, yang berarti hujan pertama, yang maksudnya pertama kali jatuh setelah musim kemarau, memuat 6 (enam) buah cerpen.

Kumpulan cerpen ini pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka, tahun 1960, termasuk deretan pertama dari terbitan sejenis (kumpulan cerpen) dalam bahasa Sunda.

Dalam keenam cerpennya Ayat Rohaedi menggunakan ’gaya aku, dalam arti aku pribadi (bukan aku fiktif), karenanya semua uraiannya obyektif-realistis, - dijalin dari pengamatan dan pengalaman, yang benar-benar dialami. Belum sampai kepada beografi murni, karena subyektivitas dalam karya-sastra harus tetap ada.

Menonjol dalam semmua cerpennya harapan para pelaku (utama) diakhiri kekecewaan dan lebih terasa dalam beberapa cerpennya penampilan daya guna ’tak terduga’ pada akhir ceritanya, misalnya pada cerpen pertama “Gerombolan - ketiga Hujan Munggaran - keempat: Yang Paling Penting dan Celengan (Cengedungan).

Terdapat sentilan (kritik) baik terhadap manusianya sebagai individu maupun terhadap lingkungan/masyarakat. Ada kalanya terselubung (halus) seperti pada cerpen “Yang Paling Penting", ada kalanya keras-tegas seperti pada "Wartawan cerpen terakhir". Terdapat juga sisipan bernada humor, ada yang masih terpendam (menyindir dengan halus) ada yang membersit, menyakitkan hati misalnya dalam ’’Wartawan”.

Satu hal lagi yang menarik: catatan-catatan kaki dijelaskan dengan terperinci sekali, tidak hanya semata-mata menerang- kan kata-kata yang berkaitan dengan cerita, tapi lebih jauh lagi - ya katakanlah dengan gaya penjelasan ’ilmiah’. penulis memang sejak dari sinilah telah tertarik minat untuk mempelajari bahasa leluhur (dialek Jatiwangi) secara mendalam, hingga kamudian berhasil mendapat gelar doktor (bahasa) dengan predikat memuaskan.

Akan berhentilah ”Sastrawan-Sarjana” ini bergerak dalam

9