PENGANTAR PENYUNTING
Bahasa merupakan salah satu alat pembinaan sekaligus me- rangkap perwujudan kebudayaan. Dengan bahasa orang dapat ber- komunikasi satu dengan lainnya. Sebagaimana diketahui, di In- donesia terdapat banyak sekali bahasa daerah. Bahasa daerah ter- sebut bukan bahasa Nasional dan bukan pula bahasa resmi negara Republik Indonesia. Namun demikian bahasa ini telah dijamin ke- hidupannya; seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar 45, Bab XV, Fasal 36. Hal itu membawa konsekwensi bahwa peneliti- an bahasa-bahasa daerah perlu mendapat perhatian yang lebih cermat, sekurang-kurangnya harus diadakan inventarisasi kembali kekayaan bahasa yang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia. Masalah bahasa-bahasa daerah dan hubungan dengan bahasa In- donesia sudah banyak dibahas dalam seminar-seminar maupun tulisan dalam koran dan majalah.
Berbicara soal bahasa daerah di sini tak akan bisa lepas dari sastra daerah dan hasil karyanya. Karya sastra merupakan manifes- tasi kehidupan jiwa bangsa dari abad ke abad dan akan menjadi warisan kebudayaan yang sangat tinggi nilainya. Oleh karena itu karya sastra perlu digali dan digarap untuk dinikmati isinya. Hasil penggalian dan penggarapan karya sastra akan memberikan rasa kepuasan rohani dan kecintaan kepada kebudayaan sendiri.
Sehubungan dengan ini maka di sini diperkenalkan salah satu karya sastra Sunda yang berjudul Pusaka Ratu Teluh, ditulis oleh Moh Ambri terbitan Balai Pustaka, Cetakan II tahun 1958. Meng- ingat tempat kejadian cerita yaitu di India, dapat ditarik kesim- pulan bahwa cerita ini bukan karangan asli melainkan saduran. Arti teluh erat hubungannya dengan ilmu hitam, ilmu gaib yang biasa dikerjakan oleh para dukun dengan mengucapkan japa man-
tranya dapat memasukkan roh jahat ke dalam tubuh manusia.Teluh biasanya dikerjakan untuk mencelakakan seseorang dari jarak jauh, lain daerah lain pula namanya.