Kaca:Si Kabayan Jadi Dukun.pdf/9

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus diuji baca

PENGANTAR PENYUNTING

Tokoh cerita Si Kabayan sangat populer di kalangan masyarakat Sunda dari zaman tempo dulu hingga sekarang. Orang menganggap sejajar dengan tokoh klasik Abu Nawas dari Persia. Pengarang terkenal Utuy T. Sontani menyebutkan individu yang sudah tidak apa-apa oleh apa-apa, karena Kabayan tak pernah kecil hati karena mengalami kesukaran hidup dan tidak pula lupa daratan dan sombong, bila bertemu kebahagiaan. Suka-duka baginya adalah permainan hidup.

Achdiat K. Miharja pernah mengisi kumpulan Cerita Rakyat dengan beberapa cerita Kabayan dalam gaya dan versi baru. Peminat sastra masa kini juga tak melupakannya. Di Bandung ada perkumpulan lawak yang menggunakan nama De Kabayan dan rasanya tepat pula, bila pengisi pojok salah satu harian menamakan dirinya Kabayan, karena pojok itu berisi sentilan (kritikan) bergaya 'humor'.

Moh. Ambri, yang oleh generasi muda diberi julukan Bapak Realisme Sastra Sunda, mencoba menghidupkan kembali salah satu cerita Kabayan dengan diberi judul "Si Kabayan jadi Dukun" dalam versi baru dan berhasil.

Ambri tetap memegang teguh ciri-ciri khas Kabayan: jujur, polos, sering terlihat seperti dungu (tolol), tapi tiba-tiba menjadi cerdas seperti pemikir ulung, dapat dirasakan dalam dialog-dialog yang mewarnai tiap bagian cerita, membawa kita ke dunia fantasi cerah-ceria, dapat melupakan sejenak dunia nyata yang selalu penuh kesibukan dan ketegangan.

Si Kabayan Jadi Dukun juga menampilkan tema pelengkap, mengakhiri tema klasik 'kawin paksa' a la Siti Nurbaya dengan melanjutkan idea Darah Muda dan Asmara Jaya Adinegoro, bahwa dalam pertentangan antara 'kaum kolot' dan 'kaum muda', dalam masalah perkawinan, kaum mudalah yang harus dimenangkan.

9