Lompat ke isi

Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/18

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

9



1.5.2 Tahap pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan pencarian dan pengumpulan naskah-naskah kuno yang sesuai dengan ketentuan monumen Ordonansi STLB 238 tabun 1931 dan ketentuan yang tercantum dalam TOR.
 Dari hasil lapangan dapat diinventarisasi naskah kuno sebanyak 11 buah, dengan judul-judul sebagai berikut: Tuduh Tetengger Islam (abad ke-19), Kitab Goyatul Muluk (abad ke-18), Papatah (abad ke-19), Panji Narah (abad ke-19) Wawacan Ahmad Muhammad (1941), Wawacan Nurbuat (1941), Wawacan (1940), Wawacan Sifat Duapuluh (1939), Wawacan Jayalalana (abad ke-18), dan 2 buah naskah tak berjudul, keduanya ditulis sekitar abad ke-19.
 Sebagai bahan acuan dalam langkah selanjutnya dilakukan studi kepustakaan, membaca dan mencatat karya-karya tulis yang ada relevansinya dengan objek penelitian.

1.5.3 Tahap pengolahan data
 Setelah data berupa naskah-naskah kuno terkumpul, maka diadakan seleksi guna mendapatkan naskah pilihan sebagai bahan kajian penelitian ini. Dari sebelas naskah kuno terpilih naskah berjudul Wawacan Jayalalana, tanpa nama pengarang, ditulis sekitar abad ke-18 dengan tulisan huruf Sunda-Pesisir/Sunda-Mataram dan dalam bahasa Sunda. Dalam tahap ini dilakukan beberapa kegiatan, yaitu :
- alih aksara darí huruf Sunda-Pesisir ke dalam buruf latin.
- alih bahasa dari bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia dengan selalu menjaga keutuban isi naskah, sekaligus membuat synopsisnya.
- pengkajian/pengungkapan nilai-nilai tradisional dari isi naskah.
- pembahasan masalah relevansi dan peranan nilai-nilai yang terkandung dalam isi naskah sehubungan dengan pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional.

1.5.4 Tahap penyusunan laporan
 Pengolahan data dari hasil kepustakaan, dan bahan kajian menghasilkan laporan bentuk-bentuk kegiatan seperti alih aksara, alih bahasa,