Ieu kaca geus divalidasi
189
- Sang buaya menyusuri sungai, tinggal ki buaya putih, dikisahkan Den Lalana yang sedang diserbu, saat itu sedikit tidak hati-hati, dari yang mengejar, Den Lalana lari.
- Larinya kebetulan ke sungai termenung terjegat air, kalau pulang ke belakang, tentu mati, maju tercegat air, begitu derasnya mundur maju celaka.
- Akan tetapi daripada oleh mantri kena, tentu akan dipotong leher, lebih baik ke sungai, saat itu kemudian loncat, mencebur diri ke hilir, tapi tak lama, ditangkap, disanggap buaya putih.
- Kemudian dikulum Den Lalana oleh buaya, raden berkata sambil menangis, he jurig, hantu laut, saya jangan dilama-lama, segera telan hingga mati, jawab buaya, saya tidak berani membunuh.
- Saya kepada tuan mau menolong, jawab raden bahagia diri ini, kalau begitu jangan sampai sesak, dengan cepat dibawa ke darat, buaya meluncur cepat, sampai ke seberang, berhenti di pinggir air.
- Diturunkan Den Lalana oleh buaya, sudah berdiri di pinggir air, sambil berkata, mohon pertolongan bapak, saya itu bisa sehat, tidak ditolong, tentu saya celaka.
- Apa saya sebagai balasan buaya, karena tentu juga manusia bodoh, hina tidak punya, buaya putih menjawab, duh Agan yang saya hormati, bapak tidak mengharap balas budi.
- Sebab bapak kepada tuan itu kewajiban, dari duduk ditunggu-tunggu, sekarang baru bertemu malahan bapak wasiat, semoga tuan mau menerima, mau membela, bapa panggil pasti sampai.
- Syaratnya air tepuk tiga kali, kalau mau menerima kesusahan, tentu bapak datang, walaupun ada dimana, semoga tuan ingat, wasiat bapak d tang, jawab Den Lalana terima.
- Terima kasih tuan sekarang bapak mau pulang, buaya putih menghilang, tidak tahu perginya, tinggal den Jayalalana, sedang berdiri di pinggir air, yang mengejar yang dikisahkan di seberang sedang melihat-lihat.