Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/213

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

205

360. Suaminya menjawab, mengapa kamu banyak ngomong sekali, menunggu/tidak percuma, sebab tugas dari sang aji, harus ditunggu oleh kakek, kata isterinya apakah itu, suaminya tidak menjawab, isterinya lalu bicara lagi, kalau begitu tidak saya pada isteri.

361. Buktinya tidak memberi tahu, tidak terus terang, dengan isteri tidak terbuka rahasia, kalau begitu nenek mau pulang, tidak guna oleh suami, serta minta talak tiga, satu-satu tanggung, kakek tetap di sini, suaminya amat bingung sekali.

362. Kalau menceraikan bagaimana, sebab jodoh masih kuat, kalau tidak terus terang, kakek-kakek sendiri lagi, diberi tahu takut, sebab amanat ratu, serba susah dan salah, tapi karena sayang, isterinya yang amat setia.

363. Terakhir lalu berkata, diceritakan oleh kakek, tetapi nenek jangan pulang, tapi jangan terlalu keras, takut ada yang tahu, manusia yang suka jahat, sebenarnya itu di bawah, tidak ada yang melihat, kecuali juragan kita.

364. Kakek dahulu disumpah, oleh sang wiku turunan jin, tidak boleh ada yang tahu, kecuali, cucunya satu, yang mau memikirkannya, itu di bawah batu, sebetulnya pintu gula, tempat kuda sembrani, kuda sakti yang biasa terbang.

365. Begitu sebetulnya, kalau nenek belum tahu, tersebutlah yang sedang berteduh, di bawah pohon sedang duduk, saat itu sudah mendengar, hatinya merasa gembira, lalu berdiri, bersuara agak nyaring, burung terkejut.

366. Duh nenek celaka, itu manusia mengintip, kamu tak bisa diam, bibir tak berhenti bicara, sifat perempuan, sudah begini mau bagaimana, bocor rahasia sang resi, pasti kita mendapat hukuman.

367. Isterinya lalu berkata, berkata membentak sambil tersenyum, kakek-kakek 'humayua', bodoh rahasia sang resi, pasti kita mendapat hukuman.

368. Latu pada turun ke bawah, kepada Raden bertanya kasar, kamu manusia dari mana, mengapa berani-berani, di bawah pohon