Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/265

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

257

tengah medan, ada satu raja yang maju, namanya Raja Temannya, sambil membawa pedang.

809. Pedang ngansar pakai roda, lebih seram kumis dan jambang, badannya tinggi besar, maju ke medan perang, sudah bertemu dengan patih, membawa gada seberat seratus kati.

810. Sudah bertemu berhadap-hadapan sambil melotot bertanya kepada patih, kamu silahkan pulang, raja harus cepat-cepat, suaminya putri jangan enak-enak diam.

811. Raden Patih menjawab jangan menganggap enteng, belum tentu kami mati, kami dulu segera pukul, lalu temannya mengangkat gada, Raden Patih tidak sadarkan diri, akibat dipukul keras sekali.

812. Oleh para prajurit, digotong dibawa ke pasanggrahan, yang bersorak sorai sekali, baru musuh sorak sorai, raja yang seratus juga ribut, lihatlah jago kamu, cepat mati.

813. Kamu jangan manja, baru tahu kamu kepada raja kami begitu soraknya bergemuruh, Ratu Angun bergembira, melihat musuh sudah roboh, sudah tidak ada lagi harapan, tinggal suaminya Puteri.

814. Para prajurit sesumbar, ayo cepat ratu muda keluar, kita pijit anak kecil, hati Den Lalana panas, melihat patih sudah roboh, Ratu Sepuh hatinya sedih, tidak ada beban prajurit.

815. Den Lalana menghadap, kepada mertua meminta izin mau maju ke tempat perang mau bertarung, belajar berebut umur, Ratu Tua hatinya gelisah, dengan meragukan ingatan.

816. Prabu muda sudah keluar, lalu pergi diiringi oleh ponggawa mantri, "seringset" terlihat lucu, menaiki gajah memakai payung, sudah sampai di tempat perang, sorak bergemuruh, musuhnya merasa kaget sekali, tak diduga tampan raspati.