Kaca:Hujan Munggaran - Genep Carita Pondok 1957.pdf/13

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus diuji baca

Ringkasan Cerita

Cerpen pertama: Gerombolan

Penutur (aku) mengisahkan suasana di kampungnya pada zaman kekacauan. Ia merasa bangga sampai saat itu kampungnya belum kemasukan gerombolan seperti desa-desa tetangga sekitarnya. Dan ini -kata si aku berkat ketekunan dan ketrampilan para pemudanya termasuk “Si aku”. Dan memang mereka (para pemuda) tak pernah absen membantu para petugas keamanan resmi BODM.

Suatu ketika salah seorang petugas utama, bernama Kentang-para pemuda memanggilnya “mang” (emang-paman), berhasil menangkap seorang gerombolan. Pada pemeriksaan pertama- sebelum pemeriksaan resmi, yang biasa dilakukan oleh seorang Mayor - si tertangkap menjawab segala pertanyaan bukan dengan sikap dan kata-kata yang santai saja, ada nada-nada mencemooh, seperti:

— Yang betul ngomong, kalau tak mau ditembak!

— Silakan tembak, kalau di sana tega.

— Mengapa tak tega, hanya menembak gerombolan.

— Iya dah, baik tembak saja, ingin rasanya merasakan mati.

— Gila! Kau mirip orang gila! Orang mana kamu!?

— Orang Besi

— Sebabnya jadi gerombolan?

— Ingin membunuh orang, ingin menghirup darahnya

— Sebabnya.......?

— .......istriku lari, meninggalkan daku.......


Mang Kentang jengkel, mogok .... tertuduh diantarkan ke kamar Pak Mayor.

Penutup cerita dibuat “surprise” — si tertuduh yang disangka gerombolan itu, benar-benar gila.

Ketika pada keesokan harinya si ‘aku’ menemui Mang Kentang, sengaja karena ‘penasaran’, yang ditanya hanya menjawab dengan sikap tak acuh: Orang gila, si Asim, penduduk desa Basi.....

11