Lompat ke isi

Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/11

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

2


satu bentuk peninggalan kebudayan terdapat dalam bentuk tulisan, baik yang tertulis pada batu (prasasti) maupun pada daun lontar, kulit kayu, dan kertas yang terwujud sebagai naskah-naskah sebagai naskah-naskah kuno.

 Sumber informasi kebudayaan daerah yang berwujud naskah kuno atau buku lama itu merupakan arsip kebudayaan yang merekam berbagai data dan informasi tentang kesejarahan dan kebudayaan daerah. Ia memuat berbagai peristiwa kesejarahan dan kronologis perkembangan masyarakat, sehingga dapat memberikan bahan rekonstruksi untuk memahami situasi dan kondisi yang ada pada masa kini dengan meninjau akar peristiwa yang ada pada masa lampau.

 Sebagai sumber informasi sosial budaya, naskah kuno merupakan suatu unsur budaya terutama sebagai sumber warisan rohani yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat di mana naskah-naskah tersebut lahir dan mendapatkan dukungan. Di berbagai daerah di Indonesia, naskah kuno masih memiliki fungsi kultural dalam masyarakatnya. Di Bali, misalnya, penulisan naskah dengan menggunakan rontal (tal) masih tetap dilakukan orang hingga kini.

 Mereka menganggap bahwa dengan adanya kegiatan menjalin tal yang lama berarti pembedaharaan pikiran, cita-cita para nenek moyang sudah dapat diselamatkan. Di daerah lain, bahan yang digunakan selain rontal, juga bambu daluang dan kertas biasa. Semuanya itu tertulis tangan dengan huruf-huruf daerah yang bersangkutan, adapula tertulis dengan huruf Arab dan Latin sebagai pengaruh kebudayaan asing. Adapun bahasa yang dipakai biasanya bahasa daerah gaya yang khusus, yang berbeda dengan bahasa sehari-hari.

 Ditinjau dari isinya naskah-naskah kuno yang dianggap sebagai benda budaya (material cultural) terrsebut mengandung ide-ide, gagasan-gagasan utama, berbagai macam pengetahuan tentang alam semesta menurut prinsip budaya masyarakat yang bersangkutan, ajaran keagamaan, filsafat, perundang-undangan, kesenian, sejarah, dan unsur-unsur lain yang mengandung nilai-nilai luhur. Para pujangga terdahulu selain berkarya berdasarkan fenomena yang lugas, imajinatif dan fiktif yang diwujudkan lewat puisi dan prosa semata-mata juga melayani misi- misi yang dapat dipertanggung jawabkan.