Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/176

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

168

017. Ayo, segera usahakan, masa tidak ada yang ampuh, dukun beranak kaget, mendengar perkataan jeng gusti, sibuk bersiap-siap mengucapkan jampi yang ampuh dengan sekuat tenaga, tuan putri dijampi-jampi, tak lama kemudian tuan putri bangun, setan yang ada di perut kepanasan.

018. Jampi pemunah terasa panas, seakan dibakar oleh jin, dari perut keluar, kemudian kabur ke angkasa, dikisahkan sekarang putri, saat itu juga sadar, sembuh seperti sedia kala, kangjeng gusti hatinya bahagia, he dukun beranak sekarang saya bersaksi.

019. Oleh karena tuan putri sembuh, saya akan membagi uang, tapi mulai dari sekarang, harus lebih hati-hati, menjaga siang malam, sampai pada waktu melahirkan, awas jangan sembarangan, takut kena lagi, para dukun menjawab mengiyakan.

020. Dukun beranak sama, menerima hadiah dari raja gusti, semuanya berbahagia, juga lebih hati-hati, menjaga istri raja, siang malam sama-sama menjaga, bergiliran tiada putusnya, ketemu minggu berganti bulan, sampailah pada yang hamil sembilan bulan.

021. Dukun pandita sudah berjajar, ma dukun beranak hati-hati, semuanya siap-siap, panglay kunir, cikur juga, menyediakan untuk bayi, pakaian popok dengan obat-obatan untuk bayi, ketika saatnya tiba, akan melahirkan tuan putri, ma dukun beranak sudah monyong mulutnya mau menyemburkan panglay.

022. Akhirnya saling menyembur, dengan sesama dukun beranak, sampai basah bau panglay, mengharumkan ruangan putri, tuan raja bolak-balik, kepada yang muda kepada yang tua, melahirkannya itu bersamaan sekali, putra sama laki-laki, penuh sesak oleh yang menjenguk.

023. Sama membawa baki perak, isinya pakaian uang, tuan raja hatinya bahagia, yang menggendong bergantian, sebagian hatinya heran, berbisik dalam hati, kenapa putra raja, yang satu berbeda sekali, wajahnya besar.

024. Putra dari turunan jin, yaitu yang ditenung oleh jin, beda sekali, tampan tinggi kecil, seperti bumi dan langit, rupa anak jauh,