Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/178

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

170

Pupuh Dangdanggulan

032. Yang manis-manis ikut berdandan, bersenang-senang empat puluh hari, siang malam tidak kosong, nayaga sama-sama ngantuk, karena terlalu lama, banyak yang kesalahan memukul kepala, dikiranya kena gongnya, yang terpukul, kaget bangun, nayage sama mengigau.
033. Di kisahkan pesta selesai, empat puluh hari sudah terlaksana, suci sepi di babancong, bekas tadinya berguruh, sisanya tinggal sunyi senyap, hanya tetap sentosa, aman sepi dari perampok, walaupun tidak ada ronda, dari mabok, terpaksa tertidur sepi, ingkar dari kewajiban.
034. Dikisahkan anak itu, tambah lama tambah membesar, diiringi deman Kalewon, diasuh oleh bangsawan saja, yang tetap pengiring, dipanggil Cendana namanya, ikut kepada Den Bagus, anak-anak, sungguh akrab sekali.
035. Akan tetapi ratu agak terdiam, sehubungan dengan melihat putra Den Lalana, wajahnya sangatjelek, kurang digendong di 'rama', hanya Brahmana yang disayangi, setiap hari digendong dengan penuh kasih, oleh ayah dimanja, Lalana tidak diperdulikan, kadang-kadang suka disisihkan, tak pernah diperiksa.
036. Agak tidak pantas keturunan raja, garis suram, tidak bercahaya, kulit hitam kehijauan, seperti keturunan putra jin, jauh dari keturunan bupati, tidak disayang ayahnya, karena putra begitu, serta pada waktu makan, tidak pernah sama-sama, dipisahkan agak jauh, bersama dengan Ki Cendana.
037. Den Lalana kadang-kadang suka menangis, karena sedih hatinya, mempunyai wajah tidak sama dengan orang lain, kepada ibu sering mengadu, ibunya sedih, melihat putra mengeluh, oleh ibunya ditanya, aduh tampan buah hati ibu ada apa.
038. Den Lalana sungkem dan menangis, oleh ibunya ia diusap-usap, sambil tiada hentinya membujuk, den putri berkata mudah-mudahan bersedia, ibu semoga teliti, saya anak ibu, aneh oleh ayah, kepada saya, berbeda tidak sayang, berbeda dengan kepada Barahma.