Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/179

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

171

039. Makan pun dengan pengiring, satu piring dengan pelayan, maaf bukan saya ingin sekali, Brahmana dimanja-manja, mentang-mentang tampan kulitnya bagus, kalau saya seperti raksasa, oleh karena itu ayah tidak sayang, tak pernah mendengar, hati ibunya tergugah, mengingat kesusahan putranya.
040. Putra ibu aduh kasihan sekali, sudah jangan begitu dipikirkan, biar saja dihina juga, sabar saja Agus, terima kehendak Allah, sifatnya adil, memberi ganjaran dan hukuman, yang memberi murka Yang Maha Kuasa, percayalah, siapa yang teguh hatinya, tentu akan mendapat mulia.
041. Ibunya berurai air mata, siapa orangnya yang kepada putra tidak sayang, 9 bulan dikandung susah payah sekali, sangat berat, tentunya, satu-satunya
042. Dikisahkan suatu saat, Den Brahmana dengan Den Lalana ke pasar bermain menonton, orang-orang pasar ribut, ketika melihat putra raja, kaget sekali, melihat bedegul, barangkali bukan putra raja, den Brahama, dari pasar cepat ke luar, meninggalkan Den Lalana.
043. Ki Cendala tidak mendengar tadi, orang-orang sama membicarakan Agan, Den Lalana manusia jelek, jawab Den Brahma tentu saja, Oleh karena tidak mau bermain bersama, dicampuri oleh si itu, ketika sedang berkata, terasa oleh Den Lalana, datangnya itu cepat sekali, tapi ketika datang.
044. Di sambut oleh batu-batu kerikil, bertubi-tubi tepat mengenai dahi, darahnya juga mencucuri, Den Lalana menelungkup, yang berdosanya kemudian kabur, ketika tiba ke (latar) halaman, oleh ratu diburu, digendong sayang sekali, Den Brahmana, mengadu diselingi dengan tangisun, ayah saya tidak suka.
045. Mempunyai saudara Si Lalana hantu, orang-orang kepada saya mengejek, di pasar ramai menjadi bahan guyonan, saya sangat malu, walaupun tampan saudara hantu, seakan tidak dihargai, walaupun turunan ratu, bingung hati raja, walaupun jelek, tapi anak sendiri, apa hilang pengaruh.