176
Pupuh Kinanti
079. Yang sedang prihatin tidak diceritakan, diusahakan supaya lupa siang dan malam, dinasihati oleh ibunya, Den Lalana sudah lupa, oleh penghina saudaranya, sudah tidak diingat lagi.
080. Dikisahkan pada suatu waktu, Den Lalana datang lagi, sudah minta izin kepada ibunya, bahwa dia akan bermain, menjemput Raden Brahma, ketika, sudah dapat izin.
081. Setelah berdandan kemudian pergi, hingga sampai ke Srimanganti, bertemu dengan Candala, Den Brahma masih di rumah, sedang bicara dengan burung itu, kesayangannya siang malam.
082. Burung Nori dalam sangkar, sangkar emas bercahaya kuning, ketika melihat kepada Lalana, sangkar di pindahkannya lagi, disembunyikan, oleh Brahma, setelah itu terus ke rumah.
083. Brahma seakan tidak mau berjumpa, meninggalkan Den Lalana tadi, malahan masuk ke rumahnya, dikisahkan burung Nori, ketika melihat Den Lalana, memberi salam dan tersenyum.
084. Selamat datang Den Bagus, kenapa lama sekali, sekarang baru bertemu, tidak penasaran, ternyata begitu rupanya, menerima contohan dari saya.
085. Kamu itu turunan raja, turunan Andanawari, kenapa begitu rupa, kan ibu turunan jin, hingga kemana ayahnya, ingin tahu badan saya.
086. Badanmu itu 'bedugul', kulit hitam sangat licin, kehijau-hijauan menyebabkan kebencian, rambut merah agak ikal, dan bulat besar, bibir tebal serta monyong.
087. Gigi sebesar kayu bakar gelondongan, hitam seperti memakai tinta, kalau binatang seperti ayam, tidak beda seperti camani, putra emas Cemala, oy bagusnya.
088. Sekarang saya sudah maklum, jelas pada rupanya, sudah tidak penasaran lagi, selamat tinggal mau pergi, setelah bicara burung lenyap, hilang secara tiba-tiba,