Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/185

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

177

089. Hanya tinggal sangkar, sedang bergelantungan, burung Nori tidak ada, Den Lalana kemudian menangis, ingat perkataan ayahnya, kalau Iepas tentu dipenggal lehernya.

090. Keterlaluan burung, kenapa engkau sampai lenyap, tentu saya kena getahnya, oleh ayah dipenggal, duh ibu saya celaka, pasti menerima balai.

091. Perpisahan nyawa dengan badan, barang kali tidak kerasan pada saya, he burung kamu berhianat, memitnah pada badan saya, sudah tidak dapat ampun, pasti saya disembelih.

092. Ketika Den Brahma datang, hendak mengambil burung Nori, ketika diamati tidak ada, kemudian menangis menjerit-jerit, sambil memarahi Lalana, berlari memberi tahu raja.

093. Ketika tiba kemudian berkata, aduh ayah burung Nori, dilepaskan oleh Lalana, karena kenapa saya itu iri, dia tidak sayang, buruk rupa sulit hati.

094. Ketika raja agak ribut, ditambah menerima kabar buruk dari putra yang disayangi, 'ngangsonan' yang lain-lain pada akhirnya tega, he Cendala kamu pergi.

095. Lalana ke sini tarik, menjadi kebiasaan kurang ajar sekali, Ki Cendala kemudian berlari, tidak berkata lagi yang sedang menangis, Den Lalana ditarik dengan keras, di tarik lebih keras.

096. Raden Lalana berteriak-teriak, menangis dan menjerit-jerit, duh ampun Cendala, jangan terlalu begini, ayo lepaskan mau jalan, jangan digusur sakit.

097. Kata Cendala jangan menangis, matipun biar saja, saya utusan raja, ringkasanya saja sudah sampai, oleh ayahnya diperiksa, Den Lalana sambil memangis.

098. Bangun sambil kemudian duduk, badanya penuh dengan darah, bekas digusur Cendala, pakaianya sampai kotor, duh ayah maafkan saya, apa dosa saya.

099. Den Brahma menjawab, menyedihkan diiringi tangisan, kamu raksasa kurang ajar, burung saya dilepaskan, bukan siapa-siapa yang berdosanya, pura-pura saja menangis.