Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/189

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi
181
 
  1. Ketika datang ke alun-alun, Cendala memanggil keras, he Lalana kamu tunggu, tunggu di bawah pohon beringin, kemudian raden muda berhenti.
  2. Ki Cendala terenggah-enggah bicara ramai, kesinikan itu uang, kalau tidak diberikan nanti dipukul, oleh saya mau ditempeleng, kamu mati, katanya sambil melotot.
  3. Jawab raden, silakan kaulanun, Cendala menerima uang, sambil menerima uang ini bagus, ini saya beri tempelengan, untuk bekal kamu mati.
  4. Den Lalana ditempeleng sampai tersungkur, oleh ki Cendala diinjak, ada seorang yang memburu, pensiunan prajurit, kepada Cendala kemudian bertanya.
  5. Bagaimana kamu orang suka memukul, apa kamu gila, apa dosanya hingga dipukul, ayo lekas jawab lagi, Cendala malah bengong.
  6. Bicara gugup, saya tidak punya rokok, begitu pula kayu api, menjawabnya sambil bingung, pada bahasa melayu tidak mengerti, disangkanya minta rokok.
  7. Ki Cendala melotot sambil mau memukul, pakai marah kepada saya, kamu juga yang gila, kenapa pakai marah-marah, kamu seperti manusia bodoh.
  8. Kenapa kamu memarahi tiba-tiba, apa tidak tahu adat saya, pensiunan bicara benar, berkelahi sudah kebiasaan saya, Ki Cendala hendak meninjau.
  9. Kepalan Cendala dipukul hingga rublh, bagun sambil meringis, kepalanya sampai berdarah, menangis sambil ·jeba-jebi', tapi agaknya tidak kapok.
  10. Siap-siap lagi sepertinya mau memukul, ditangkis hingga terpelentang, sambil berdiri agak pusing, melihat kiri kanan, kemudian berlari tergesa-gesa.
  11. Ketika datang di hadapan Brahma sunu, Ki Cendala bicara sambil meringis, aduh ampun saya jatuh, terjatuh pada dinding pasir, ini lenganpura sampai Iuka berdarah.