Ieu kaca geus divalidasi
186
- Ketika jumpa juga sama-sama menjauh, disangka yang menyusul dari dalam negeri, mantri ke utara, raden ke selatan, kembali lagi Den Lalana, tidur di kiara nyuni'.
- Tawanan langsung saja, kebetulan di puncak gunung bertemu, dengan mantri yang tujuh, yang kabur kaget sekali, diperbatikan benar-benar, ternyata bukan yang menyusul, oleh yang tujuh dipanggil, mendekati hatinya agak takut.
- Ketakutan tetap ada, yakni berdosa walaupun tidak kelihatan, yang dirasa sudah mengaku, seperti mantri itu, walaupun sudah jelas, itu bukan yang menyusul, hati berdebar-debar, jelas sudah tidak dapat diingkari.
- Yang tujuh mantri memeriksa, orang yang mana yang ada di hutan kamu, yang kabur kemudian menjawab, saya adalah pelarian, asal negeri Tunjungsari, tujuh mantri bahagia sekali, coba kamu barangkali ketemu.
- Dengan anak hitam rupanya, yang ditanya menjawab, justru bertemu, tapi dari sini jauh, kira-kira perjalanan sebulan, tempatnya di lembah pinggir gunung, itu di sana tinggalnya, mantri tujuh suka hati.
- Saat itu juga siap-siar, semua bahagia karena sudah mendapat berita pasti, berdandan dengan semangat, semua berangkat, mengikuti jalan memanjang bekas injakan binatang, menyusuri sesuai petunjuk, tidak dikisahkan di jalannya, sekarang di selang lagi.
- Dikisahkan lagi Den Lalana, sudah enak tinggal di pohon kayu, di pohon kiara ' ngaringkung', tak ada lagi kekhawatiran tiada kekurangan, buah-buahan yang manis-manis.
- Saat itu sedang di sungai, berenang senang-senang yang mandi, tiada yang menggangu, dikisahkan yang tujuh orang, saat itu sudah tiba di kebun sayur, yang tujuh bengong, melihat tempat yang membuat betah .
- Begitu saking lapar, melihat buah yang banyak seperti yang manis, naik ke atas berebutan, .makan dengan lahap, nikmat