Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/194

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi
186
 
  1. Ketika jumpa juga sama-sama menjauh, disangka yang menyusul dari dalam negeri, mantri ke utara, raden ke selatan, kembali lagi Den Lalana, tidur di kiara nyuni'.
  2. Tawanan langsung saja, kebetulan di puncak gunung bertemu, dengan mantri yang tujuh, yang kabur kaget sekali, diperbatikan benar-benar, ternyata bukan yang menyusul, oleh yang tujuh dipanggil, mendekati hatinya agak takut.
  3. Ketakutan tetap ada, yakni berdosa walaupun tidak kelihatan, yang dirasa sudah mengaku, seperti mantri itu, walaupun sudah jelas, itu bukan yang menyusul, hati berdebar-debar, jelas sudah tidak dapat diingkari.
  4. Yang tujuh mantri memeriksa, orang yang mana yang ada di hutan kamu, yang kabur kemudian menjawab, saya adalah pelarian, asal negeri Tunjungsari, tujuh mantri bahagia sekali, coba kamu barangkali ketemu.
  5. Dengan anak hitam rupanya, yang ditanya menjawab, justru bertemu, tapi dari sini jauh, kira-kira perjalanan sebulan, tempatnya di lembah pinggir gunung, itu di sana tinggalnya, mantri tujuh suka hati.
  6. Saat itu juga siap-siar, semua bahagia karena sudah mendapat berita pasti, berdandan dengan semangat, semua berangkat, mengikuti jalan memanjang bekas injakan binatang, menyusuri sesuai petunjuk, tidak dikisahkan di jalannya, sekarang di selang lagi.
  7. Dikisahkan lagi Den Lalana, sudah enak tinggal di pohon kayu, di pohon kiara ' ngaringkung', tak ada lagi kekhawatiran tiada kekurangan, buah-buahan yang manis-manis.
  8. Saat itu sedang di sungai, berenang senang-senang yang mandi, tiada yang menggangu, dikisahkan yang tujuh orang, saat itu sudah tiba di kebun sayur, yang tujuh bengong, melihat tempat yang membuat betah .
  9. Begitu saking lapar, melihat buah yang banyak seperti yang manis, naik ke atas berebutan, .makan dengan lahap, nikmat