Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/205

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

197

277. Raden menyembah dengan hati yang bahagia, menerima wasiat dari kakek, jimat kaos turunan sang resmi berkata lagi, kalau dari sisi sudah bangkit, oleh Raden hrus dicari.

278. Cari sebuah kayu, kiara besar berdiri, ada batu dibawahnya, serta sekelilingnya bersih seperti disapu ditengah banyaknya berlubang.

279. Dimana harus tafakurnya di malam hari, nanti tentu datang setan, yang ahli iri dengki, malahan yang punya doa, menenung Raden ketika kecil.

280. Oleh Raden bisa diminta, rupa yang bertapa dari Kodim, karena dialah yang khianat yang menjadi burung nori, ayo sekarang, segera berangkat, Den Lalana menyembah takzim.

281. Setelah sujud ke maha wiku, Raden lebih bahagia hatinya dari pesantren sudah keluar, santri-santri mengantarkan, 'sosonoan' mau berpisah, hingga ke pesisir jami.

282. Tidak tergoda yang akan pergi karena dililit oleh pengetahuan, menyimpan kegagahan tersipuh oleh hati, yang bersih, tidak takut seperti dulu , ketika waktu kosong kehabisan pengetahuan.

283. Setelah masuk ke hutan tersembunyi, kayu-kayuan lebat, tak pernah dimasuki orang tempat tinggal segala setan, perginya sudah sebulan, Raden sambil berusaha mengaji segalanya.

284. Puasa sambil pergi jauh, ingin cepat-cepaat berhasil, tapi tetap saya sakit, karena tertutup oleh pengetahuan, ketika pada saat asar, Raden melihat sebuah pohon kayu.

285. Di bawahnya ada batu, bersih sekali, pohon kiara rimbun, barangkali ini kata resi ternyata tidak salah, lalu di sana sudah duduk.

286. Raden di sana tapakur, di bawah pohon kiara duduk, teduh serta nyaman, angin kecil bertenun kecil, tinggalkan dulu yang sedang bertapa, dikesalikan setan sedang bermain.

287. Melayang di mega mendung, bertamasya ditengah angkasa, suami serta istrinya, suaminya berkata, istriku saya gerah dan panas daun telinga.