Lompat ke isi

Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/210

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

202

329. Tapi ada khasiatnya cincin, kata raksasa pada menghilang, tidak akan ada, yang tahu, walau setan, dan jin, pada pemakai tidak akan tampak.

330. Kata Raden kalau benar begitu, ayo berikan cincin itu, oleh raksasa terus diberikan cincin, setelah menerima Raden berkata, sekarang berlomba.

331. Panah ini kalau dilepas, ke atas, siapa yang lebih dulu menangkap, tentu memiliki cincin itu, yang mendapat panah itu, yang tidak dapat tentu 'goyang'.

332. Kemudian panah itu dilepas sampai sampai berdengung, raksasa yang memburu cepat sekali, lainnya berlomba-lomba, apa yang diinjak tidak dilihat, pepohonan banyak yang rubuh.

333. Yang melayang didepak sampai berjatuhan, diserahkan panah itu, dipanggil oleh Den Sunu, saat itu sudah kembali lagi, raksasa kembali lagi memburu.

334. Ketika datang kehadapan, Raden Sunu, saat itu juga sudah menghilang, dua raksasa tinggal napsu, marah menggelak, tiada basil hanya menggeleng-gelengkan kepala.

335. Aduh adik sekarang kita tertipu, tampan-tampan penipu/penculik, kalau bertemu kamau dikunyah, duaa raksasa bolak-balik, sedang mencari Raden Muda.

336. Den Lalana melihat tingkah laku raksasa, tersenyum dalam hati, si raksasa pusing mencari, melihat-lihat kanan kiri, melotot dengan berteriak-teriak.

337. Cincin itu kemudian dicabut oleh Raden, saat itu juga terlihat, oleh kedua raksasa diburu, sudah tidak ditanya lagi, Raden oleh raksasa diburu.

338. Sambil bicara kesinikan, kamu cincin saya kamu maling, Raden Lalana menjawab, diberikan lagi ·oleh saya, kalau leher sudah potong.

339. Raksasa itu melotot, karena nafsu, menggeram taring 'pasalit' menakut-nakuti, Den Bagus, kiri kanan 'ngabiti' dikelit oleh Den Muda.