Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/211

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

203

340. Akhirnya 'puas' tidak kena kemudian mengepang, Raden lincah tidak takut lain seperti belut, raksasa lengah ditempeleng, giginya hingga tanggal.

341. Muntah darah bergumpal-gumpal, menggeram tapi karena sakti, bangun lagi sambil memburu, mau membalas mau menempeleng, Raden meloncat pada punggung.

342. Telinga raksasa dicubit hingga terlonjak, seperti dibakar oleh api, meloncat luas, memegangi, kepala, mau ditangkap menghindar lagi, hidungnya ditendang.

343. Meloncat-loncat ke sana ke mari, seperti kera di atas pohon, tiada takut, main-main seperti kucing yang 'kumincir', si raksasa terlentang bengong.

344. Raksasa bangun lagi mencari raden, walau sering 'ngajumpalik', makin berani rasa nguntup, karena sudah pasti kepada anak kecil, masa sampai 'poos'.

345. Den Lalana kepada raksasa kemudian memanggil, habiskan terserah kalian, silakan saya kepung, kalau kamu mau menguji, kepada saya turunan 'narpatos'.

346. Ya ini turunan Ratu Cempala, putranya jin Wulansari, saya Lalana yang termashur, kalau kamu menang bertarung, tentu kamu terkenal.

347. Raksasa itu ketika mendengr Sang Sunu, hookeun' sambil meringis, keduanya kemudian duduk, kepada Raden bicara lirih, duh-aduh Raden yang muda.

348. Apa betul Raden itu putranya ratu, putra gusti/ratu Wulansari, kalau begitu ampun saya pelayan gusti, pelayan keturunan yang terkenala.

349. Kan saya pelayan maha Wiku, kakak tuan sayakti, itu juga cincin terkenal, sebenarnya bukan milik saya, harus kepada tuan tentu.

350. Sekarang silakan tuan boro-boro, yang namanya cincin, nyawa saya pun silakan, kepada tuan saya mau ikut, siang malam mau turut.