215
panglayungan 'kalau setan kesana pergi, jauh sekali, jangan menghalangi yang perang, minta jawaban yang jelas.
451. Uwa kalau belum tahu, sebenarnya saya ini bukan hantu, kepada ayah sangat setia, malahan suara uwa jelas sekali kepada ibu saya, anak Sariwulan, asal dari negeri Cempala.
452. Saat itu sosok terlihat, tidak setara dengan dua raja, ketika tampak Jayalalana dirangkul, oleh keduanya ditangisi, duh raden selamat datang.
453. Tak disangka sekali, ternyata Raden putra adik Wulansari, uwa tidak mengerti sedikitpun, disangkaa tidak punya anak, amarahnya sudah hilang.
454. Napsu hilang timbul kebahagiaan, serta ingat dengan saudara agar bersatu, dari medan bertiga mundur, kembali ke pesanggrahan, dua raja berkata kepada rakyatnya, hai semua prajurit, kamu sekarang pulang.
455. Semua prajurit bersorak, bersukaria karena perang sudah selesai, mengobrol dengan seksama kawan, begini omong yang seorang, aduh untung kita mau mati tidak jadi, padahal sehabis, 'jujuangan' , 'malik' ketiga kali.
456. Kata temannya tentu saja, saya juga kan baru saja menikah mendapatkan yang baru melahirkan, 'bongah' mau pun ya anak, ternyata merasa itu sudah bertahun-tahun, bilangan jiwa dari tentara, ternyata memasukkan jiwa kucing.
457. Dikisahkan Jayalalana, saat itu juga ikut ke negeri Tunjung, yang enak rugi pengawal banyak, dijalan bersorak sorai, tak lama sudah tiba di istana, kemudian masuk, semua duduk di kursi gading.
458. Sudah ada aneka macam makanan, yang menjaga meja dan melayani banyak sekali di dalam sampai berguruh, raja tidak henti memeriksa kepada raden rindu sekali, menanyakan
asalnya, terutama ketika meninggalkan negeri.
459. Dikisahkan oleh den putra, dimulai hingga saat datang, satupun tiada kelewat, menggeleng-geleng hati raja, dan marah