Lompat ke isi

Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/248

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

249

  1. Oleh Den Patih terlihat itu, Agan ayahnya datang, Raden Lalana mendekat, lalu merangkul kakinya, raja amat kaget hatinya, melihat bengong pada Rahaden Sunu, Den Patih memberi isyarah.
  2. Ratu sepuh tidak menjawab, dalam hatinya binggung, kaget melihat orang tampan, dewa turun ke dunia, cahayanya amat bersinar, mengapa ada satria tampan, siapa ini.
  3. Raden Patih hatur tadaim, nyembah menghadap sang raja, pada Patih bertanya, mana kalau cucu Boja, oleh patih di jemput, Raden Patih berkata, benar sekali.
  4. Ini di hadapan jeng gusti, sang ratu gembira hatinya, Raden Lalana di rontok, berkata sambil dipegang-pegang, duh Agan anak siapa, mohon maaf ditanggapi, dikira bukan Agan.
  5. Asal sedih jadi gembira, asal duka timbul suka, hatinya merasa lega serta merasa bengong, ingin di sanjung oleh yang melihat, karena punya menantu tampan, yang tampan itu di elus-elus.
  6. Lalu digandeng oleh gusti, di bawa ke pedalaman, ke keputrian sudah datang, di barengi oleh Den Patya, bertiga sudah duduk, sang ratu lalu berkata, Raden itu harus terbuka.
  7. Dari mana asal rumah, siapa nama ayah dan ibu, siapa nama yang asli, negara asal, tempat lahir, dan tempat tinggal, ingin tahu sebenarnya.
  8. Den Lalana berkata manis, sebenarnya tidak salah, sejak kcil ada di orang tua, pada Bapak kakek Boja, mohon gusti jagi tahu, saya sejak kecil, mulai kanak-kanak bisa memandai besi.
  9. Termenung hati Narpati, mendengar perkataan Den Putra, yang mengaku cacah asli, tapi tetap tidak percaya, biarpun mengaku cacah, sebab beda, keturunan kusumah.
  10. Berdusta seribu kali, kata pribahasanya, oleh ratu sudah dimengerti, pikirannya biarpun somah, sayang bukan kepalang, lalu sang ratu menyuruh, emban kamu cepat.