Ieu kaca geus divalidasi
249
- Oleh Den Patih terlihat itu, Agan ayahnya datang, Raden Lalana mendekat, lalu merangkul kakinya, raja amat kaget hatinya, melihat bengong pada Rahaden Sunu, Den Patih memberi isyarah.
- Ratu sepuh tidak menjawab, dalam hatinya binggung, kaget melihat orang tampan, dewa turun ke dunia, cahayanya amat bersinar, mengapa ada satria tampan, siapa ini.
- Raden Patih hatur tadaim, nyembah menghadap sang raja, pada Patih bertanya, mana kalau cucu Boja, oleh patih di jemput, Raden Patih berkata, benar sekali.
- Ini di hadapan jeng gusti, sang ratu gembira hatinya, Raden Lalana di rontok, berkata sambil dipegang-pegang, duh Agan anak siapa, mohon maaf ditanggapi, dikira bukan Agan.
- Asal sedih jadi gembira, asal duka timbul suka, hatinya merasa lega serta merasa bengong, ingin di sanjung oleh yang melihat, karena punya menantu tampan, yang tampan itu di elus-elus.
- Lalu digandeng oleh gusti, di bawa ke pedalaman, ke keputrian sudah datang, di barengi oleh Den Patya, bertiga sudah duduk, sang ratu lalu berkata, Raden itu harus terbuka.
- Dari mana asal rumah, siapa nama ayah dan ibu, siapa nama yang asli, negara asal, tempat lahir, dan tempat tinggal, ingin tahu sebenarnya.
- Den Lalana berkata manis, sebenarnya tidak salah, sejak kcil ada di orang tua, pada Bapak kakek Boja, mohon gusti jagi tahu, saya sejak kecil, mulai kanak-kanak bisa memandai besi.
- Termenung hati Narpati, mendengar perkataan Den Putra, yang mengaku cacah asli, tapi tetap tidak percaya, biarpun mengaku cacah, sebab beda, keturunan kusumah.
- Berdusta seribu kali, kata pribahasanya, oleh ratu sudah dimengerti, pikirannya biarpun somah, sayang bukan kepalang, lalu sang ratu menyuruh, emban kamu cepat.