Lompat ke isi

Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/275

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

267

886. Den Lalana menggedongkan hatinya, menjadi singa "ngajungkiring", lalu mendekati harimau, harimau melihat lalu tidur, lari terbirit-birit.

887. Menghilang harimau, jadi mega "mani mendung", di luhur "ngadingding", Den Lalana begitu juga, sudah hilang menjadi angin, pada meda ditendang-tendang sirik.

888. Tidak lama mega sudah hancur, lalu ganti wujud menjadi cacing banyak sekali, di tengah medan perang susah untuk bergerak, begitu juga prabu muda.

889. Angin menghilang menjadi burung sudah menggulung, menguasai ke tengah perang, tempat peperangan menjadi teduh, burung sudah mematuk-matuk cacing, yang tidak kebagian bengong.

890. Cacing sudah habis dimakan hurung, Gandulaya tampak lagi, bingung sekali, ilmunya sudah terkalahkan, tidak kuat menahan kesaktian lawan.

891. Den Lalana berkata, ayo sia, kalau mau kamu sama puteri harus cepat-cepat, mau sama yang cantik, pantatnya sintal.

892. Raden Gandu mikir dalam hati, menyesal tidak terlihat, harapan dimakan orang lain, mau direbut kurang berani, suaminya lebih kuat.

893. Tersebutlah balad sangat senang, menonton yang perang tanding, begitu pula ratu tua, melihat mantu perang menang, hatinya sangat gembira.

894. Kakek dan nenek di Kaputren hatinya bingung, Nenek berkata Iihat Kakek, kalau dunungan kita wafat, siapa yang sayang pada kita, jawab Kakek justru itu.

895. Kami memadu tidak ada yang melarang, barangkali tidak akan jadi, ingin pada yang manis, kata nini barangkali kamu sudah gila.