Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/291

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

283

1028. Yang mencegat raksasa, telah siap serdadu dengan tombak dan bedilnya, dua raksasa telah turun menukik seperti hujan yang lebat, sudah terlihat dengan gemuruh, melihat wadya balad sambil mulutnya menganga, prajurit mundur sedikit.

Pupuh Durma


1029. Wadya balad sama-sama merasa jijik melihat raksasa, prajurit terkesima, menigngalkan tempat berjaga, berlari jatuh telungkup, sambil menindih bedil, wajahnya pucat pasi, tak terdengar suara bedil.

1030. Dua raksasa jalannya, seperti tak ada rasa takut, rambutnya gimbal, bibir tebal giginyake luar, telinganya sebesar niru, dadanya berbulu, hidungnya janjang saling beradu.

1031. Orang yang tertangkap raksasa dimakannya, mulutnya dikunyah-kunyah, dikisahkan den Lalana, dengan Raden Jaya Tanaba, telah sampai ke alun-alun, raksasa berjalan dengan jengahnya, Raden duduk di tempat yang teduh.

1032. Den Tanapa berkata kepada Prabut Anom, duh paduka bagaimana dengan hamba, melihat kita sampai takut, tak berani mendekatinya, sebab ayahku pun wafat, dimakan raksasa, apalagi diri hamba.

1033. Raden berkata ke adik Jaya Tanapa, janganlah kerasa khawatir, biarlah bagaimana kakanda, tanpa bersembah sambil berkata, hamba sangatlah risih, aduh paduka, kemana hamba harus sembunyi. 1034. Den Lalana lalu memanggil kuda, kuda hijau sembrani, seketika keluar, naiklah adikku, sembrani hati-hati olehmu bawa, berkeliling di angkasa.