232
1020. Begitupun Kanjeng Raja, tak keluar semua pintu dikunci, anak permaisuri sama-sama sembunyi, dua raksasa mengamuk, setiap hari orang-orang di negara tak tentu kerjaan, Alkisah seorang satria, yaitu Raden Patih.
1021. Sesudahnya ayahnya wafat, lalu melarikan diri ke lautan kayu, turun gunung naik gunung, Satria Jaya Tapapa, di tengah hulan bertemu dengan Prabu Anom, keduanya sama-sama kaget, Tapapa memberi salam dengan sopan.
1022. Melihat sinar gemilang, Raden Putera cahayanya sangat gemilang, Prabu Anom lalu berkala, adik ini orang mana, ada maksud apa berada di tengah hutan belantara, Jaya Tapapa menghaturkan sembah, berkata sangatlah lakzim.
1023. Kaulanun kala juragan, kalau dapat dipercaya, dari kola, sedang kabur, asal dari Negara Dermis, anak patih tapi sekarang sudah mati, di dalam kota sedang menderita.
1024. Hamba berlanya kepada Paduka, sedang apa berada di alas bukit, Raden Lalana menjawab, sebetulnya aku ini, mempunyai satu maksud, kakanda adalah Raja Tunjungbang, hendak pergi ke Centaka Puri.
1025. Jaya Tapapa berkata, beribu-ribu terima kasih hamba bertemu dengan hgusti, bila paduka setuju, hamba meminta tolong, karena sekarang rakyat sedang bingung, malahan Kangjeng Raja, sampai menyambarakan putrinya.
1026. Barang siapa yang dapat, membunuh dua raksasa yang jahat, bakal diangkat menjadi ratu, dinikahkah dengan anaknya, yang cantik bernama Erum Ningrat Lasmi Ayu, semoga paduka sudi, berangkat ke negeri dermis.
1027. Prabu Anom lalu berkala, baiklah kakanda menolong adik, lalu mereka turun dari gunung, dikisahkan di dalam negeri, sedang ramai sampai gemuruh, prajurit beribu-ribu, diatur baris berbaris.