Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/293

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi

285

1044. Raksasa yang berperang sama kuatnya, dari pagi sampai sore, tak ada yang kalah, kuat sama kuatnya, belum berhenti sebelum malam, berperang terus, sampai hari esok.

1045. Empat raksasa yang terampil merasa cape, keringatnya ngucur, dengan menggunakan pohon kelapa mereka saling memukul dahi, tak ada seorangpun yang rubuh, meskipun pohonnya telah hancur, lalu berkelahi lagi.

1046. Ki Denawa Ki Denawi hampir kalah, terpepet oleh Buta Renis, sudahmiring sebelah, seperti yang akan terkelungkup, menahan sambil meringis, kemudian memohon, Agan hamba meminta tolong.

1047. Angkatlah hamba yang terjatuh, berkatalah Raden yang tampan, minggirlah Denawa mereka akan dipanah olehku, kalau-kalau terpanah nanti, panah dipasang, melesat anak panah.

1048. Tepat mengenai kedua raksasa, Buta Renas dan Buta Renis, tertusuk oleh panah, kepalanya terpanggang, putus terbawa anak panah, terpisah dari badannya, matilah kedua raksasa.

1049. Badannya di alun-alun terlentang, Denawa dan Denewi tertawa, mengapa dibunuh, tadinya akan diikat oleh hamba, untuk dijadikan punawakan hamba, kata Den Putra, mengapa tadi kamu menangis.

1050. Ketika itu Satria Jaya Tannunggang kuda, apa, melihat dari angkasa sambil menunggang kuda, lalu turun dari angkasa, turun dari sembrani Den Putera berkata, sekarang bagaimana adikku.

1051. Buta dua-duanya sudah mati, Den Tanapa nyembah takzim, ayo sekarang juragan harus singgah, ke rumah saya, lalu pergi, emnuju rumah patih.