286
1052. Jaya Lalana pergi berdua, sedangkan Denawi telah musnah kembali, sesampainya ke rumah, Tanapa lalu mengetuk, pintu dan berkata, bukalah pintunya, ibunya menjawab kasar.
1053. Sepeti yang ketakutan suaranya pelan, siapa di luar, seenaknya mengetuk pintu, seperti orang yang bermimpi, seperti yang tak takut oleh jurig, yang sedang merajalela, apakah kamu bermimpi.
1054. Tak terdengarlah raksasa sedang berkeliaran, dari kemarin tidak pulang, Tanapa menjawab, ibu janganlah khawatir,
sekarang raksasa sudah mati, oleh Gan Lalana, Prabu Anom lalu duduk.
Pupuh Sinom
1055. Raden Tanapa berkata, kepada Prabu Anom yang tampan, paduka beristirahatlah disini, oleh hamba ditinggal dahulu,
akan menghadap kepada raja, seketika itu juga terus pergi, akan menghadap kepada raja, di jalan tak ada orang, sepi
sekali.
1056. Yang asalnya rame, sekarang menjadi sepi, seperti yang menjadi kota tua, karena semua orang, khawatir dan takut,
semua pitu dikunci, semua tak ada yang dibuka, orang tak ada yang keluar, Kangjeng Raja, mengunci diri di rumahnya.
1057. Pintunya diketuk oleh Tanapa, sampai beberapa kali, sang Ratu seperti terpana, tak dibuka malah diam, yang mengetuk bertambah keras, Tanapa sambil berkata, paduka cepatlah buka, hamba Tanapa, janganlah kaget karena raksasa telah mati.
1058. Ratu berjalan menuju pintu, berkata agak keras, apakah benar raksasa telah mati, betul jawab Tanapa, pintu cepat
dibuka, Raden Tanapa telah masuk, menghaturkan sembah